Blog yang dibuat untuk orang dewasa bermur 18++. Blog ini membahas tentang kesehatan-seks,Video Bokep Online Photo Sexy, dan Cerita Dewasa

Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 29 Mei 2012

Cerita panas kali ini di mulai ketika waktu Tante Mira mengenalkan salah satu temannya yang kebetulan ketemu disebuah restoran dimall daerah jakarta pusat. Dari sinilah cerita dewasa ini di mulai ya saya Sebut saja dia Tante Yohana, dia juga wanita chinese yang berumur hampir 50, sebaya dengan Tante Mira hanya beda 1 atau 2 tahun saja yang sudah ditinggal suaminya karena wanita lain. Postur tubuhnya juga tidak jauh dengan Tante Mira, agak gemuk hanya saja Tante Yohana lebih pendek dari Tante Mira dan wajahnya juga lebih kelihatan tua karena tampak kerutan-kerutan diwajahnya mungkin terlalu banyak pikiran.

Waktu itu dia sedang jalan sendirian akan makan dan kebetulan ketemu dengan kami yang akhirnya dia diajak bergabung oleh Tante Mira, dan aku dikenalkan oleh Tante Mira kepadanya sebagai keponakan jauhnya. Setelah makan kami melanjutkan perbincangan sambil jalan melihat-lihat barang di toko-toko yang ada dimall itu. Entah apa yang dibicarakan oleh mereka berdua secara bisik-bisik karena aku lihat lirikan Tante Yohana yang melihat aku sambil senyum-senyum, dan setelah itu dia sering mencuri-curi pandang melihatku. Setelah lelah jalan-jalan dan hari mulai sore Tante Yohana akhirnya pulang.

�Oke, Mir. Aku pulang dulu ya, hampir sore nih. Sampai ketemu lagi Ferry� kata Tante Yohana sambil tersenyum penuh arti kepadaku yang membuat aku tambah bingung dan dia melenggang menuju carcall untuk memanggil sopirnya.
Sepeninggal Tante Yohana kami menuju food court untuk membeli minum dan istirahat.
�Fer, menurut kamu Tante Yo gimana?� tanye Tante Mira padaku setelah membeli minum dan duduk ditempat yang agak memojok dan meminum minumannya.
�Mmm.. gimana apanya Tante?� jawabku bingung mendengar pertanyaan Tante Mira sambil menyedot minuman ringan yang aku pesan.
�Ah kamu ini, pura-pura nggak ngerti apa emang nggak ngerti? Ya sifat orangnyalah, bodynyalah, facenyalah dan lain-lainnyalah� jawab Tante Mira agak sewot.
�Oo, kalo sifatnya sih saya belum tau bener, kan baru sekali ketemu, tapi keliatannya orangnya baik dan ramah, terus kalo face dan bodinya mm.. biasa-biasa aja tuh� jawabku sambil tersenyum.
�Emang kenapa Tante, kok Tante tanya gitu? Bikin aku bingung aja. Terus tadi ngomongin apa sih? Kok pake bisik-bisik terus Tante Yohana jadi aneh sikapnya� tanyaku pada Tante Mira.
�Fer, kamu tahukan kalo Tante Yo itu sudah lama hidup sendiri sejak pisah sama suaminya. Nah tadi waktu Tante Yo lihat kamu dia langsung tertarik sama kamu, dan dia nanyain tentang kamu terus ke Tante sebab dia nggak percaya kalo kamu itu keponakan jauh Tante, jadi Tante terpaksa cerita dech kedia siapa kamu sebenernya. Kamu jangan marah ya, abis Tante Yo itu suka maksa kalo keinginannya belum kesampaian� jawab Tante Mira.
�Terus.. mm.. dia pengen sama kamu Fer.. gimana? Kamu mau nggak?� tanya Tante Mira dengan wajah serius.
�Wah gimana ya, repot juga nich kalo sampai dia ngomong-ngomong ke orang lain, bisa tercemar nama Tante. Kalo menurut Tante dia bisa jaga rahasia kita dengan cara gitu ya sudah, saya akan layani dia� jawabku serius juga.
�Tapi nanti kamu jangan lupain Tante ya kalo sudah dekat sama dia� kata Tante Mira was-was.
�Ah Tante ini ada-ada saja, nggak mungkinlah saya lupa sama Tante, sayakan kenal Tante dulu baru Tante Yo� jawabku menghibur Tante Mira yang terlihat agak sedih dari ekspresi mukanya.
�Yah.. sapa tahu kamu bisa dapet lebih dari Tante Yo dan lupain Tante deh� katanya lagi sambil menghembuskan nafas.
�Jangan kuatir Tante, saya bukan tipe orang yang gampang ngelupain jasa baik orang kepada saya, jadi Tante tenang saja� jawabku kemudian.
�Okelah kalo gitu nanti Tante hubungi Tante Yo, biar dia nanti hubungi kamu� kata Tante Mira kemudian.
Setelah itu Tante Mira lebih banyak diam entah apa yang ada dalam pikirannya dan tak lama kemudian kamipun pulang.

Malamnya Tante Yo menghubungi aku lewat telepon.
�Hallo Ferry, ini Tante Yo masih ingatkan?� tanya Tante Yo dari seberang.
�O iya masih, kan baru tadi siang ketemu, ada apa Tante?� jawabku sambil bertanya.
�Tadi Tante Mira sudah cerita belum sama kamu tentang Tante?� tanyanya lagi.
�Sudah sih, mm.. memang Tante serius?� tanyaku lagi pada Tante Yo.
�Serius dong, gimana kamu okekan?� tanya Tante Yo lagi.
�Kalo gitu oke dech� jawabku singkat.
Lalu kami bercakap-cakap sebentar dan kami akhirnya kami janjian besok pagi dilobby hotel �XX� didaerah jakarta barat dan dia akan datang lebih awal karena akan check-in dulu, setelah itu teleponpun ditutup. Keesokannya seperti biasa aku memakai baju rapi seperti orang kerja supaya tidak terlalu menyolok dan aku menunggu di lobby hotel tersebut karena aku juga datang lebih awal, tak lama aku menunggu teleponku berdering.

�Hallo Ferry, ini Tante Yo. Tante sudah ada diatas, kamu langsung naik aja di kamar 888 oke? Tante tunggu ya� kata Tante Yomemberitahukan kamarnya.
�Oke Tante saya segera kesana, saya juga sudah di lobby� jawabku singkat dan menutup pembicaraan.
Setelah mematikan teleponku agar tidak diganggu, aku naik lift menuju kamar Tante Yo. Sampai didepan pintu kutekan bel dan Tante Yo membukakan pintu.
�Ayo masuk, udah daritadi Tante sampai dan langsung check-in. O ya, kamu mau minum atau mau pesan makan apa? tadi sih Tante sudah pesan makan dan minum untuk dua orang, tapi kalau kamu mau pesan yang lain pesan saja, jadi sekalian nanti diantarnya� kata Tante Yo sambil mempersilahkan aku masuk dan menutup pintu.
�Yah sudah kalau Tante sudah pesan, nggak usah pesan lagi, nanti kebanyakan makanan malah bingung� jawabku.
�Kok bingung kan buat gantiin tenaga kamu he he he� jawab Tante Yo bercanda.

Kemudian Tante Yo duduk di sofa besar yang ada didalam kamar itu dan aku duduk di sebelahnya, kami berbincang-bincang sambil menonton TV lalu aku mendekati Tante Yo dan memeluk pundaknya, kemudian Tante Yo merebahkan kepalanya kepundakku, kubelai rambutnya dan kukecup kening Tante Yo.
�Mmm.. kamu romantis ya Fer, pantes Mira suka sama kamu. hh.. sudah lama Tante nggak merasakan suasana romantis seperti ini� kata Tante Yo sambil menghembuskan nafas.
�Ya sudahlah Tante, yang penting hari ini Tante akan merasakan hangat dan romantisnya cinta, karena hari ini aku milik Tante sepenuhnya� jawabku menghibur dia sambil kukecup lagi keningnya.
Tante Yo menatapku sendu sambil tersenyum.
�Terima kasih sayang� kata Tante Yo.
Dan kutatap matanya yang sendu dalam-dalam lalu kukecup bibirnya.

Kecupanku dibibirnya perlahan berubah menjadi ciuman lembut yang dibalas Tante Yo dengan lembut juga, sepertinya Tante Yo benar-benar ingin merasakan nikmatnya berciuman yang sudah lama tidak dirasakannya. Kami saling cium, saling kulum, dan saling memainkan lidah kemulut pasangan kami. Kugelitik lidah Tante Yo dengan lidahku dan kusapu langit-langit mulutnya sambil kupeluk tubuhnya dan kuraba wajah dan tengkuk serta lehernya dengan tanganku yang lainnya.
�Ahh sayang, aku suka sekali ciuman kamu, mm.. ciuman kamu lebut dan merangsang, mm.. kamu memang pintar berciuman, ahh.. ayo sayang beri Tante yang lebih dari ini� kata Tante Yo disela-sela ciuman kami dan berciuman lagi.

Tanganku mulai bergerak meremas kedua payudara milik Tante Yo bergantian. Tapi aksi kami terganggu oleh pelayan yang mengantar makanan yang dipesan oleh Tante Yo. Setelah pelayan keluar dan Tante Yo memberikan tip, tiba-tiba Tante Yo menabrak aku dan mendorong aku hingga terjatuh diatas tempat tidur dan dengan buas dia langsung memelorotkan celana dan celana dalamku, hingga penisku yang masih tidur terbebas dari sarangnya dan langsung diterkam olehnya. Disedot, dikulum dan digigitnya penisku yang mulai bangkit dengan napsu dan buas, dan kedua tangannya tak henti-henti mengocok dan memainkan kedua bolaku.

�Ahh Tante.. pelan-pelan Tante.. ahh.. enak sekali Tante.. ohh� desahku menahan nikmat yang diberikan oleh Tante Yo padaku.
Tanganku hanya bisa meremas rambut Tante Yo dan seprei kasur yang sudah mulai berantakan, tak lama kemudian kulepaskan kepala Tante Yo dari penisku, kuangkat Tante Yo dan kurebahkan dikasur.
�Sekarang giliranku, Tante diam saja dan nikmati permainan ini ya� kataku sambil mengecup bibir Tante Yo dan mulai mencumbu Tante Yo sementara Tante Yo hanya diam saja sambil menatapku dengan sendu.

Kumulai cumbuanku dengan menciumi bibirnya dan perlahan turun kelehernya sambil kubuka kancing baju Tante Yo satu persatu sambil terus turun kedadanya. Setelah kancing bajunya terbukan semua, kuraih pengait BH yang ada dibelakang dan kubuka sehingga ikatan BHnya terbuka dan ku lepaskan BH Tante Yo lewat kedua tangannya tanpa melepas baju Tante Yo, setelah lepas langsung kuciumi kedua payudara Tante Yo, kuciumi seluruhnya kecuali putingnya yang sudah berdiri mengacung minta dikulum tapi tidak pernah kukulum, setiap kali ciuman dan jilatanku sudah dekat dengan putingnya ciuman dan jilatanku turun lagi kepangkal payudaranya dan terus turun sampai ke perut dan bermain-main dipusar sambil kujilati lubang pusar Tante Yo lalu naik lagi terus berulangkali, kusingkap rok yang dipakai oleh Tante Yo kemudian tanganku mulai bekerja meraba-raba paha dan lutut Tante Yo lalu mulai melepaskan celana dalam yang dipakai oleh Tante Yo.

Ketika permainan mulutku mencapai perutnya kutarik celana dalam Tante Yo, dan Tante Yo mengangkat pantatnya sehingga celana dalamnya dengan mudah lepas dari tempatnya. Kupelorotkan celana dalam Tante Yo sampai sebatas lutut lalu ciumanku naik lagi kearah payudaranya, dan ketika jilatanku mendekati puting Tante Yo tangankupun mendekati vagina Tante Yo dan ketika bibir dan lidahku mulai memainkan puting Tante Yo tangan dan jari-jariku juga mulai bermain dibibir vagina Tante Yo yang ternyata sudah basah. Ketika kukulum puting Tante Yo yang sudah berdiri dari tadi kumainkan juga kelentitnya dengan jari-jari tanganku yang seketika itu juga membuat tubuh Tante Yo melengkung keatas.

�Akhh.. Ferry.. kamu benar-benar gila sayang, kamu kejam sekali mempermainkan Tante.. akhh.. ferry enak sekali sayang.. akhh.. gila.. kamu bener-bener gila sayang� teriak Tante Yo histeris sambil tangannya meremas seprei dan rambut kepalaku bergantian.
Tak kuhiraukan teriakan Tante Yo dan aku terus mengulum kedua puting dan menjilati kedua payudara Tante Yo bergantian. Tak lama kemudian kurasakan vagina Tante Yo bertambah basah dan tubuhnya mulai bergetar keras yang disertai erangan-erangan, akhirnya Tante Yo mendapatkan orgasme pertamanya.

Pada saat tubuhnya mulai tenang, kulepaskan cumbuanku di payudaranya dan langsung kuangkat kedua kakinya sehingga kepalaku dengan mudah menuju kevaginanya dan langsung kujilat dan kukulum serta kusedot-sedot vagina dan kelentit Tante Yo.
�Akhh.. ahh.. gila.. ini namanya penyiksaan kenikmatan.. ahh.. kamu memang gila sayang.. ahh.. aku nggak kuat lagi sayang.. ahh.. terus sedot yang kuat sayang.. ahh.. tusuk dengan jarimu sayang.. ahh.. tusuk yang kuat.. ahh sayang.. Tante mau.. ahh.. mau dapet lagi sayang.. ahh.. kamu benar-benar gila� teriak Tante Yo histeris memohon, lalu tubuhnya mulai bergetar lagi merasakan orgasme kedua yang datang menghampirinya.

Kuturuti permintaanya dengan menusukan jariku dan kumainkan jariku dengan menyentuhkan jariku kedinding vaginanya yang berkedut-kedut sambil terus bibir dan lidahku memainkan perannya dikelentit Tante Yo. Tubuh Tante Yo bergetar keras dan pinggulnya bergoyang-goyang mengikuti irama tusukan jariku sambil tak henti-hentinya menjerit-jerit histeris sambil kedua tangannya meremas dan menjambak-jambak rambutku.

�Ahh.. Ferryy.. sayang.. ahh.. enak sayang.. ahh.. sodok yang keras sayang.. ahh.. sedot itilku yang kuat.. ahh.. yang kuatt.. � jerit histeris Tante Yo mengantar orgasmenya yang kedua itu.
Dan ketika tubuh Tante Yo sudah hampir tenang lagi, kuhentikan juga semua aktivitasku dan kulepas celana dalam Tante Yo yang masih sebatas lulut sehingga lepas semua, lalu kuatur posisiku dan kutusukkan penisku kedalam lubang vagina Tante Yo.
�Okhh.. jangan dulu sayang.. jangan.. ahh.. stop sayang.. stop.. biar Tante istirahat dulu� pinta Tante Yo padaku, tapi aku tidak menghiraukan permintaanya sambil terus kutusukan penisku sampai masuk seluruhnya dan mulai kugoyang, kuputar dan kukocok penisku dalam vagina Tante Yo.

Tak lama kemudian kuangkat tubuh Tante Yo hingga posisi Tante Yo kini dalam pangkuanku, dan dalam posisi Tante Yo sedang menaik turunkan pantat dan menggoyangkan pinggulnya kulepas baju Tante Yo yang masih melekat dan kulemparkan entah kemana lalu kubuka pengait dan resleting rok Tante Yo dan kulepas rok Tante Yo dari atas dan kulemparkan juga entah kemana hingga kini tidak ada selembar benangpun yang menempel ditubuh Tante Yo lalu akupun melepaskan bajuku sendiri dan kulemparkan sembarangan. Setelah melepaskan baju mulai kuputar-putar pantatku hingga penisku lebih menggesek dinding vagina Tante Yo.
�Akhh.. sayang.. ahh.. kamu memang gila sayang.. ahh.. kamu.. ahh.. kamu memang gila.. ohh.. penis kamu benar-benar.. ahh.. kamu pintar sekali sayang.. pintar dan gila.. ahh.. Tante mau.. ahh.. mau keluar lagi.. ahh.. Tante nggak kuat lagi sayang.. ahh� jerit Tante Yo histeris dan tubuhnya mulai bergetar mendapat orgasmenya yang ketiga, kurasakan cairan diliang vagina Tante Yo bertambah banyak dan kurasakan juga kedutan-kedutan dari dinding vagina Tante Yo.

Lalu kurebahkan tubuh Tante Yo dan terus kugenjot penisku didalamnya yang sekali-kali kuputar-putar pinggulku, tubuh Tante Yo tambah bergetar dengan kencang, goyangan dan kocokan penisku juga tambah kencang, lalu kumainkan tanganku dikelentitnya sambil kurebahkan kepalaku kedadanya dan kusedot dan kukulum dengan kuat juga kedua puting Tante Yo bergantian dan kedutan-kedutan dinding vagina Tante Yo juga bertambah kuat sehingga penisku merasakan sensasi yang membuat aku merasakan sesuatu yang akan segera meledak keluar.
�Akh.. Tante aku mau keluar Tante.. akhh.. aku keluar Tante� kataku disela-sela kuluman mulutku diputingnya sambil terus mengocok penisku dengan cepat dan kuat dalam liang vagina Tante Yo.
�Ahh.. iya sayang.. ahh.. keluarkan saja.. ahh.. Tante juga.. ahh.. sudah nggak kuat lagi.. ahh� teriak Tante Yo dan memelukku dengan erat sambil tubuhnya terus bergetar, kurasakan kuku-kukunya mencakar punggungku.

Lalu meledaklah cairan kenikmatan yang kukeluarkan dalam vagina Tante Yo yang sudah basah sehingga bertambah basah lagi, ketika kenikmatanku meledak dan tubuhku bergetar kenikmatan kukocok dengan keras dan kuat penisku dalam vagina Tante Yo sehingga ada cairan yang keluar dari dalam vagina Tante Yo yang kurasakan dari tanganku yang basah karena masih memainkan kelentit Tante Yo. Tubuh kami sama-sama bergetar dengan kencang, keringat kami bersatu dan seluruh ruangan dipenuhi oleh suara erangan dan jeritan kenikmatan yang kami dapatkan pada saat bersamaan.

Setelah tubuhku dan Tante Yo mulai tenang kembali, kulepaskan penisku dari vaginanya yang sudah sangat basah, lalu kubersihkan vagina yang penuh dengan cairan kenikmatan kami berdua dengan sedotan dan jilatanku, kujilati sampai bersih dan sayup-sayup kudengan erangan pelan Tante Yo yang memejamkan matanya merasakan kenikmatan yang baru saja dia dapatkan. Setelah bersih kurebahkan tubuhku disamping Tante Yo, lalu kupeluk dia dan kukecup pipi Tante Yo.

�Ahh.. terima kasih sayang.. terima kasih daun mudaku.. uhh.. rasanya tubuhku ringan sekali bagaikan kapas yang masih terbang diawang-awang, ahh.. nikmat sekali tadi kurasakan, kamu memang pintar sayang, baru sekali ini kurasakan orgasme beruntun seperti tadi, sampai lemas tubuh Tante� kata Tante Yo sambil membuka matanya dan tersenyum padaku.
�Ah Tante Yo bisa aja.. aku juga tadi nikmat sekali, kedutan dinding vagina Tante Yo membuat penisku merasakan seperti diremas-remas, nikmat sekali� balasku sambil kuusap keringat yang ada di keningnya dan kukecup kening Tante Yo, lalu aku bangkit dan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh yang penuh dengan keringat dan disusul oleh Tante Yo dan kamipun saling membersihkan tubuh.

Selesai membersihkan tubuh dan dalam keadaan masih bugil kami lalu menyantap makanan yang tadi dipesan oleh Tante Yo sambil bercakap-cakap dan bercanda, sedangkan tangan Tante Yo tidak pernah lepas dari selangkanganku. Selesai makan kami melanjutkan percakapan kami diatas tempat tidur sambil saling memeluk hingga akhirnya kamipun tertidur untuk memulihkan tenaga yang akan membuat pertarungan berikutnya lebih seru lagi. Dan mulai sejak itu jadilah aku daun muda kesayangan Tante Yohana dan Tante mira.

Tante Yohana

Telah belasan tahun berpraktek aku di kawasan kumuh ibu kota, tepatnya di kawasan Pelabuhan Rakyat di Jakarta Barat. Pasienku lumayan banyak, namun rata-rata dari kelas menengah ke bawah. Jadi sekalipun telah belasan tahun aku berpraktek dengan jumlah pasien lumayan, aku tetap saja tidak berani membina rumah tangga, sebab aku benar-benar ingin membahagiakan isteriku, bila aku memilikinya kelak, dan kebahagiaan dapat dengan mudah dicapai bila kantongku tebal, simpananku banyak di bank dan rumahku besar.

Namun aku tidak pernah mengeluh akan keadaanku ini. Aku tidak ingin membanding-bandingkan diriku pada Dr. Susilo yang ahli bedah, atau Dr. Hartoyo yang spesialis kandungan, sekalipun mereka dulu waktu masih sama-sama kuliah di fakultas kedokteran sering aku bantu dalam menghadapi ujian. Mereka adalah bintang kedokteran yang sangat cemerlang di bumi pertiwi, bukan hanya ketenaran nama, juga kekayaan yang tampak dari Baby Benz, Toyota Land Cruiser, Pondok Indah, Permata Hijau, Bukit Sentul dll.

Dengan pekerjaanku yang melayani masyarakat kelas bawah, yang sangat memerlukan pelayanan kesehatan yang terjangkau, aku memperoleh kepuasan secara batiniah, karena aku dapat melayani sesama dengan baik. Namun, dibalik itu, aku pun memperoleh kepuasan yang amat sangat di bidang non materi lainnya.

Suatu malam hari, aku diminta mengunjungi pasien yang katanya sedang sakit parah di rumahnya. Seperti biasa, aku mengunjunginya setelah aku menutup praktek pada sekitar setengah sepuluh malam. Ternyata sakitnya sebenarnya tidaklah parah bila ditinjau dari kacamata kedokteran, hanya flu berat disertai kurang darah, jadi dengan suntikan dan obat yang biasa aku sediakan bagi mereka yang kesusahan memperoleh obat malam malam, si ibu dapat di ringankan penyakitnya.

Saat aku mau meninggalkan rumah si ibu, ternyata tanggul di tepi sungai jebol, dan air bah menerjang, hingga mobil kijang bututku serta merta terbenam sampai setinggi kurang lebih 50 senti dan mematikan mesin yang sempat hidup sebentar. Air di mana-mana, dan aku pun membantu keluarga si ibu untuk mengungsi ke atas, karena kebetulan rumah petaknya terdiri dari 2 lantai dan di lantai atas ada kamar kecil satu-satunya tempat anak gadis si ibu tinggal.

Karena tidak ada kemungkinan untuk pulang, maka si Ibu menawarkan aku untuk menginap sampai air surut. Di kamar yang sempit itu, si ibu segera tertidur dengan pulasnya, dan tinggallah aku berduaan dengan anak si ibu, yang ternyata dalam sinar remang-remang, tampak manis sekali, maklum, umurnya aku perkirakan baru sekitar awal dua puluhan.

�Pak dokter, maaf ya, kami tidak dapat menyuguhkan apa apa, agaknya semua perabotan dapur terendam di bawah�, katanya dengan suara yang begitu merdu, sekalipun di luar terdengar hamparan hujan masih mendayu dayu. �Oh, enggak apa-apa kok Dik�, sahutku. Dan untuk melewati waktu, aku banyak bertanya padanya, yang ternyata bernama Janda Kembang XXX.

Ternyata Janda Kembang XXX adalah janda tanpa anak, yang suaminya meninggal karena kecelakaan di laut 2 tahun yang lalu. Karena hanya berdua saja dengan ibunya yang sakit-sakitan, maka Janda Kembang XXX tetap menjanda. Janda Kembang XXX sekarang bekerja pada pabrik konveksi pakaian anak-anak, namun perusahaan tempatnya bekerja pun terkena dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan.

Saat aku melirik ke jam tanganku, ternyata jam telah menunjukkan setengah dua dini hari, dan aku lihat Janda Kembang XXX mulai terkantuk-kantuk, maka aku sarankan dia untuk tidur saja, dan karena sempitnya kamar ini, aku terpaksa duduk di samping Janda Kembang XXX yang mulai merebahkan diri.

Tampak rambut Janda Kembang XXX yang panjang terburai di atas bantal. Dadanya yang membusung tampak bergerak naik turun dengan teraturnya mengiringi nafasnya. Ketika Janda Kembang XXX berbalik badan dalam tidurnya, belahan bajunya agak tersingkap, sehingga dapat kulihat buah dadanya yang montok dengan belahan yang sangat dalam. Pinggangnya yang ramping lebih menonjolkan busungan buah dadanya yang tampak sangat menantang. Aku coba merebahkan diri di sampingnya dan ternyata Janda Kembang XXX tetap lelap dalam tidurnya.

Pikiranku menerawang, teringat aku akan Wati, yang juga mempunyai buah dada montok, yang pernah aku tiduri malam minggu yang lalu, saat aku melepaskan lelah di panti pijat tradisional yang terdapat banyak di kawasan aku berpraktek. Tapi Wati ternyata hanya nikmat di pandang, karena permainan seksnya jauh di bawah harapanku. Waktu itu aku hampir-hampir tidak dapat pulang berjalan tegak, karena burungku masih tetap keras dan mengacung setelah �selesai� bergumul dengan Wati. Maklum, aku tidak terpuaskan secara seksual, dan kini, telah seminggu berlalu, dan aku masih memendam berahi di antara selangkanganku.

Aku mencoba meraba buah dada Janda Kembang XXX yang begitu menantang, ternyata dia tidak memakai beha di bawah bajunya. Teraba puting susunya yang mungil. dan ketika aku mencoba melepaskan bajunya, ternyata dengan mudah dapat kulakukan tanpa membuat Janda Kembang XXX terbangun. Aku dekatkan bibirku ke putingnya yang sebelah kanan, ternyata Janda Kembang XXX tetap tertidur. Aku mulai merasakan kemaluanku mulai membesar dan agak menegang, jadi aku teruskan permainan bibirku ke puting susu Janda Kembang XXX yang sebelah kiri, dan aku mulai meremas buah dada Janda Kembang XXX yang montok itu. Terasa Janda Kembang XXX bergerak di bawah himpitanku, dan tampak dia terbangun, namun aku segera menyambar bibirnya, agar dia tidak menjerit. Aku lumatkan bibirku ke bibirnya, sambil menjulurkan lidahku ke dalam mulutnya. Terasa sekali Janda Kembang XXX yang semula agak tegang, mulai rileks, dan agaknya dia menikmati juga permainan bibir dan lidahku, yang disertai dengan remasan gemas pada ke dua buah dadanya.

Setalah aku yakin Janda Kembang XXX tidak akan berteriak, aku alihkan bibirku ke arah bawah, sambil tanganku mencoba menyibakkan roknya agar tanganku dapat meraba kulit pahanya. Ternyata Janda Kembang XXX sangat bekerja sama, dia gerakkan bokongnya sehingga dengan mudah malah aku dapat menurunkan roknya sekaligus dengan celana dalamnya, dan saat itu kilat di luar membuat sekilas tampak pangkal paha Janda Kembang XXX yang mulus, dengan bulu kemaluan yang tumbuh lebat di antara pangkal pahanya itu.

Kujulurkan lidahku, kususupi rambut lebat yang tumbuh sampai di tepi bibir besar kemaluannya. Di tengah atas, ternyata clitoris Janda Kembang XXX sudah mulai mengeras, dan aku jilati sepuas hatiku sampai terasa Janda Kembang XXX agak menggerakkan bokongnya, pasti dia menahan gejolak berahinya yang mulai terusik oleh jilatan lidahku itu.

Janda Kembang XXX membiarkan aku bermain dengan bibirnya, dan terasa tangannya mulai membuka kancing kemejaku, lalu melepaskan ikat pinggangku dan mencoba melepaskan celanaku. Agaknya Janda Kembang XXX mendapat sedikit kesulitan karena celanaku terasa sempit karena kemaluanku yang makin membesar dan makin menegang.

Sambil tetap menjilati kemaluannya, aku membantu Janda Kembang XXX melepaskan celana panjang dan celana dalamku sekaligus, sehingga kini kami telah bertelanjang bulat, berbaring bersama di lantai kamar, sedangkan ibunya masih nyenyak di atas tempat tidur.

Mata Janda Kembang XXX tampak agak terbelalak saat dia memandang ke arah bawah perutku, yang penuh ditumbuhi oleh rambut kemaluanku yang subur, dan batang kemaluanku yang telah membesar penuh dan dalam keadaan tegang, menjulang dengan kepala kemaluanku yang membesar pada ujungnya dan tampak merah berkilat.

Kutarik kepala Janda Kembang XXX agar mendekat ke kemaluanku, dan kusodorkan kepala kemaluanku ke arah bibirnya yang mungil. Ternyata Janda Kembang XXX tidak canggung membuka mulutnya dan mengulum kepala kemaluanku dengan lembutnya. Tangan kanannya mengelus batang kemaluanku sedangkan tangan kirinya meremas buah kemaluanku. Aku memajukan bokongku dan batang kemaluanku makin dalam memasuki mulut Janda Kembang XXX. Kedua tanganku sibuk meremas buah dadanya, lalu bokongnya dan juga kemaluannya. Aku mainkan jariku di clitoris Janda Kembang XXX, yang membuatnya menggelinjang, saat aku rasakan kemaluan Janda Kembang XXX mulai membasah, aku tahu, saatnya sudah dekat.

Kulepaskan kemaluanku dari kuluman bibir Janda Kembang XXX, dan kudorong Janda Kembang XXX hingga telentang. Rambut panjangnya kembali terburai di atas bantal. Janda Kembang XXX mulai sedikit merenggangkan kedua pahanya, sehingga aku mudah menempatkan diri di atas badannya, dengan dada menekan kedua buah dadanya yang montok, dengan bibir yang melumat bibirnya, dan bagian bawah tubuhku berada di antara kedua pahanya yang makin dilebarkan. Aku turunkan bokongku, dan terasa kepala kemaluanku menyentuh bulu kemaluan Janda Kembang XXX, lalu aku geserkan agak ke bawah dan kini terasa kepala kemaluanku berada diantara kedua bibir besarnya dan mulai menyentuh mulut kemaluannya.

Kemudian aku dorongkan batang kemaluanku perlahan-lahan menyusuri liang sanggama Janda Kembang XXX. Terasa agak seret majunya, karena Janda Kembang XXX telah menjanda dua tahun, dan agaknya belum merasakan batang kemaluan laki-laki sejak itu. Dengan sabar aku majukan terus batang kemaluanku sampai akhirnya tertahan oleh dasar kemaluan Janda Kembang XXX. Ternyata kemaluanku cukup besar dan panjang bagi Janda Kembang XXX, namun ini hanya sebentar saja, karena segera terasa Janda Kembang XXX mulai sedikit menggerakkan bokongnya sehingga aku dapat mendorong batang kemaluanku sampai habis, menghunjam ke dalam liang kemaluan Janda Kembang XXX.

Aku membiarkan batang kemaluanku di dalam liang kemaluan Janda Kembang XXX sekitar 20 detik, baru setelah itu aku mulai menariknya perlahan-lahan, sampai kira-kira setengahnya, lalu aku dorongkan dengan lebih cepat sampai habis. Gerakan bokongku ternyata membangkitkan berahi Janda Kembang XXX yang juga menimpali dengan gerakan bokongnya maju dan mundur, kadangkala ke arah kiri dan kanan dan sesekali bergerak memutar, yang membuat kepala dan batang kemaluanku terasa di remas-remas oleh liang kemaluan Janda Kembang XXX yang makin membasah.

Tidak terasa, Janda Kembang XXX terdengar mendasah dasah, terbaur dengan dengusan nafasku yang ditimpali dengan hawa nafsu yang makin membubung. Untuk kali pertama aku menyetubuhi Janda Kembang XXX, aku belum ingin melakukan gaya yang barangkali akan membuatnya kaget, jadi aku teruskan gerakan bokongku mengikuti irama bersetubuh yang tradisional, namun ini juga membuahkan hasil kenikmatan yang amat sangat. Sekitar 40 menit kemudian, disertai dengan jeritan kecil Janda Kembang XXX, aku hunjamkan seluruh batang kemaluanku dalam dalam, kutekan dasar kemaluan Janda Kembang XXX dan seketika kemudian, terasa kepala kemaluanku menggangguk-angguk di dalam kesempitan liang kemaluan Janda Kembang XXX dan memancarkan air maniku yang telah tertahan lebih dari satu minggu.

Terasa badan Janda Kembang XXX melamas, dan aku biarkan berat badanku tergolek di atas buah dadanya yang montok. Batang kemaluanku mulai melemas, namun masih cukup besar, dan kubiarkan tergoler dalam jepitan liang kemaluannya. Terasa ada cairan hangat mengalir membasahi pangkal pahaku. Sambil memeluk tubuh Janda Kembang XXX yang berkeringat, aku bisikan ke telinganya, �Janda Kembang XXX, terima kasih, terima kasih��

Janda Kembang

Pada suatu hari ketika aku ke villa pamanku, aku menemukan sebuah album foto di kamar Tante Yani, yang ternyata berisi foto bugil Tante-Tanteku. Kubolak balik foto-foto tersebut yang menampakkan tubuh-tubuh telanjang Tante-Tanteku, walaupun ada yang ssudah berumur diatas 40 tahun seperti Tante Endang dan Tante Rani tapi tubuh mereka tidak kalah dengan keempat istri muda yang lain. Membuat aku terangsang dan ingin merasakan hangatnya tubuh mereka. Hingga ada ide gila untuk memperalat mereka melalui foto-foto tersebut. Mulai kususun rencana siapa yang pertama aku kerjain, lalu kupilih Tante Tante Endang (45 tahun) dan Tante Rina (37 tahun).

Aku telepon rumah Tante Endang dan Tante Rina. Aku minta mereka untuk menemuiku di villa keluarga. Aku sendiri lalu bersiap untuk pergi ke sana. Sampai disana kuminta penjaga villa untuk pulang kampung. Tak lama kemudian Tante Endang dan Tante Rina sampai. Kuminta mereka masuk ke ruang tamu.
�Ada apa sih Anto?� tanya Tante Endang yang mengenakan kaos lengan panjang dengan celana jeans.
�Duduk dulu Tante,� jawabku.
�Iya ada apa sih?� tanya Tante Rina yang mengenakan Kemeja you can see dengan rok panjang.
�Saya mau tanya sama Tante berdua, ini milik siapa?�, kataku sambil mengeluarkan sebuah bungkusan yang di dalamnya berisi setumpuk foto. Tante Endang lalu melihat foto apa yang ditunjukkan olehnya.
�Darimana kamu dapatkan foto-foto ini?� tanya Tante Endang panik mendapatkan foto-foto telanjang dirinya.
�Anto.. apa-apaan ini, darimana barang ini?� tanya Tante Rina dengan tegang.
�Hhhmm.. begini Tante Endang, waktu itu saya kebetulan lagi bersih-bersih, pas kebetulan dikamar Tante Yani saya lihat kok ada foto-foto telanjang tubuh Tante-Tante yang aduhai itu,� jawabku sambil tersenyum.

�Baik.. kalau gitu serahkan klisenya?� Kata Tante Rina.
�Baik tapi ada syaratnya lho,� jawabku.
�Katakan apa syaratnya dan kita selesaikan ini baik-baik,� kata Tante Endang dengan ketus.
�Iya Anto, tolong katakan apa yang kamu minta, asal kamu kembalikan klisenya,� tambah Tante Rina memohon.
�Ooo.. nggak, nggak, saya nggak minta apa-apa, Cuma saya ingin melihat langsung Tante telanjang,� kataku.
�Jangan kurang ajar kamu!� kata Tante Endang dan Tante Rina dengan marah dan menundingnya. �Wah.. wah.. jangan galak gitu dong Tante, saya kan nggak sengaja, justru Tante-Tante sendiri yang ceroboh kan,� jawabku sambil menggeser dudukku lebih dekat lagi.
�Bagaimana Tante?�
�Hei.. jangan kurang ajar, keterlaluan!!� bentak Tante Rina sambil menepis tanganku.
�Bangsat.. berani sekali, kamu kira siapa kami hah.. dasar orang kampung!!� Tante Endang menghardik dengan marah dan melemparkan setumpuk foto itu ke wajahku.
�Hehehe.. ayolah Tante, coba bayangkan, gimana kalo foto-foto itu diterima paman di kantor, wah bisa- bisa Tante semua jadi terkenal deh!!� kataku lagi.

Kulihat kananku Tante Endang tertegun diam, kurasa dia merasakan hal yang kuucapkan tadi. Kenapa harus kami yang tanggung jawab,
�Tante-Tantemu yang lain kok tidak?� tanya Tante Endang lemas.
�Oh, nanti juga mereka akan dapat giliran,� jawabku.
�Bagaimana Tante? Apa ssudah berubah pikiran?�
�Baiklah, tapi kamu hanya melihat saja kan?� tanya Tante Rina.
�Iya, dan kalau boleh sekalian memegangnya?� jawabku.
�Kamu jangan macam-macam Anto, hardik Tante Endang.�
�Biarlah Mbakyu, daripada ketahuan,� jawab Tante Rina sambil berdiri dan mulai melepas pakaiannya, diikuti Tante Endang sambil merengut marah.

Hingga tampak kedua Tanteku itu telanjang bulat dihadapanku. Tante Endang walau ssudah berusia 45 tahun tapi tubuhnya masih montok, dengan kulit kuning langsat dan sedikit gemuk dengan kedua payudaranya yang besar menggantung bergoyang-goyang dengan puting susunya juga besar. Turun kebawah tampak pinggulnya yang lebar serta bulu hitam di selangkangan amat lebat. Tidak kalah dengan tubuh Tante Rina yang berusia 37 tahun dengan tubuh langsing berwarna kuning langsat, serta payudaranya yang tidak begitu besar tapi nampak kenyal dengan puting yang sedkit naik keatas. Pinggulnya juga kecil serta bulu kemaluannya di selangkangan baru dipotong pendek.
�Ssudah Anto?� tanya Tante Endang sambil mulai memakai bajunya kembali.
�Eh, belum Tante, kan tadi boleh pegang sekalian, lagian saya belum lihat vagina Tante berdua dengan jelas,� jawabku.
�Kurang ajar kamu,� kata Tante Rina setengah berteriak.
�Ya sudah kalo nggak boleh kukirim foto Tante berdua nih?� jawabku.
�Baiklah,� balas Tante Endang ketus,
�Apalagi yang mesti kami lakukan?�
�Coba Tante berdua duduk di sofa ini,� kataku.
�Dan buka lebar-lebar paha Tante berdua,� kataku ketika mereka mulai duduk.
�Begini Anto, Cepat ya,� balas Tante Rina sambil membuka lebar kedua pahanya.
Hingga tampak vaginanya yang berwarna kemerahan.
�Tante Endang juga dong, rambutnya lebat sih, nggak kelihatan nih,� kataku sambil jongkok diantara mereka berdua.

�Beginikan,� jawab Tante Endang yang juga mulai membuka lebar kedua pahanya dan tangannya menyibakkan rambut kemaluannya kesamping hingga tampak vaginanya yang kecoklatan.
�Anto pegang sebentar ya?� kataku sambil tangan kananku coba meraba selangkangan Tante Endang sementara tangan kiriku meraba selangkangan Tante Rina. Kumainkan jari-jari kedua tanganku di vagina Tante Endang dan Tante Rina.
�Sudah belum, Anto.. Ess..,� kata Tante Endang sedikit mendesah.
�Eeemmhh.. uuhh.. jangan Anto, tolong hentikan.. eemmhh!� desah Tante Rina juga ketika tanganku sampai ke belahan kemaluannya.
�Sebentar lagi kok Tante, memang kenapa?� tanyaku pura-pura sambil terus memainkan kedua tanganku di vagina Tante Endang dan Tante Rina yang mulai membasah.
�Eh, ini apa Tante?� tanyaku pura-pura sambil mengelus-selus klitoris mereka.

�Ohh.. Itu klitoris namanya Anto, jangan kamu pegang ya..,� desis Tante Endang menahan geli.
�Iya jangan kamu gituin klitoris Tante dong,� dasah Tante Rina.
�Memang kenapa Tante, tadi katanya boleh,� kataku sambil terus memainkan klitoris mereka. �Sshh.., oohh.., geliss.., To,� rintih Tante Endang dan Tante Rina.
�Ini lubang vaginanya ya Tante?� tanyaku sambil memainkan tanganku didepan lubang vagina mereka yang semakin basah.
�Boleh dimasukin jari nggak Tante?�
Kembali jariku membuka belahan vagina mereka dan memasukkan jariku, slep.. slep.. bunyi jariku keluar masuk di lubang vagina Tante Rina dan Tante Endang yang makin mendesah-desah tidak karuan,
�Jangan Anto, jangan kamu masukin jari kamu.. Oohh..,� rintih Tante Rina.
�Jangan lho Anto.. sshh..,� desah Tante Endang sambil tangannya meremasi sofa.
�Kenapa? Sebentar saja kok, dimasukkin ya,� kataku sambil memasukkan jari tengahku ke vagina mereka masing-masing.
�Aaahh.., Anto..,� desah Tante Endang dan Tante Rina bersama-sama mersakan jari Anto menelusur masuk ke lubang vagina mereka.
�Ssshh.. eemmhh..!!� Tante Endang dan Tante Rina mulai meracau tidak karuan saat jari-jariku memasuki vagina dan memainkan klitoris mereka.

�Bagaimana Tante Endang,� tanyaku mulai memainkan jariku keluar masuk di vagina mereka.
�Saya cium ya vagina Tante Endang ya?� tanyaku sambil mulai memainkan lidahku di vaginanya. �Sebentar ya Tante Rina,� kataku.
�Jangan.., sshh.. Anto.. ena.., rintih Tante Endang sambil tangannya meremasi rambutku menahan geli.
�Gimana Tante Endang, geli tidak..,� tanya Anto.
�Ssshh.. Anto.. Geli ss..,� rintihnya merasakan daerah sensitifnya terus kumainkan sambil tangannya meremasi sendiri kedua payudaranya.
�Teruss.. Anto,� desis Tante Endang tak kuat lagi menahan nafsunya.

Sementara Tante Rina memainkan vaginanya sendiri dengan jari tanganku yang ia gerakkan keluar masuk. Dan Tante Endang kian mendesah ketika mendekati orgasmenya dan
�Aaahh ss.., Tante sudah nggak kuat lagi,� rintih Tante Endang merasakan lidahku keluar masuk dilubang vaginanya.
�Tante Endang keluar Anto..,� desah lemas Tante Endang dengan kedua kakinya menjepit kepalaku di selangkangannya. Tahu Tante Endang sudah keluar aku bangkit lalu pindah ke vagina Tante Rina dan kubuka kedua pahanya lebar-lebar. Sama seperti Tante Endang Tante Rina juga merintih tidak karuan ketika lidahku mengocok lubang vaginanya.
�Aah ss.., Antoo,.., enak ss..,� rintih Tante Rina sambil menekan kepalaku ke selangkangannya.

Tante Rina di sofa dan kubuka lebar-lebar pahanya. Kubenamkan lidahku liang vagina Tante Rina, ku sedot-sedot klitoris vagina Tante Rina yang ssudah basah itu,
�Teruss.., Antoo.., Tante.., mau kelu.. Aah ss..,� rintih Tante Rina merasakan orgasme pertamanya. Anto lalu duduk diantara Tante Endang dan Tante Rina.
�Gantian dong Tante, punyaku sudah tegang nih,� menunjukkan sarung yang aku pakai tampak menonjol dibagian kemaluanku pada Tante Endang dan Bullik Rina. Kuminta mereka untuk menjilati kemaluanku.
�Kamu nakal Anto, ngerjain kami,� kata Tante Endang sambil tangannya membuka sarungku hingga tampak penisku yang mengacung tegang keatas.
�Iya.., awas kamu Anto.. Tante hisap punya kamu nanti..,� balas Tante Rina sambil memasukkan penisku kemulutnya.

�Ssshh.. Tante.. terus..,� rintih Anto sambil menekan kepala Tante Rina yang naik turun di penisnya. Tante Endang terus menjilati penisku gantian dengan Tante Rina yang lidahnya dengan liar menjilati penisku, dan sesekali memasukkannya kedalam mulunya serta menghisap kuat-kuat penisku didalam mulutnya. Sluurrpp.. sluurpp.. sshhrrpp.. demikian bunyinya ketika dia menghisap.
�Sudah.. Tante, Anto nggak kuat lagi..,� rintih Tante Rina sambil mengangkat kepalaku dari vaginanya.
�Tunggu dulu ya Tante Endang, biar saya dengan Tante Rina dulu,� kataku sambil menarik kepala Tante Endang yang sedang memasukkan penisku kemulutnya.
�Tante Tina sudah nggak tahan nih,� kataku sambil membuka lebar-lebar kedua paha Tante Rina dan berlutut diantaranya.
�Cepatss.. Anto,� desah Tante Rina sambil tangannya mengarahkan penisku ke vaginanya. �Asshhss..,� rintih Tante Rina panjang merasakan penisku meluncur mulus sampai menyentuh rahimnya. Tante Rina mengerang setiap kali aku menyodokkan penisnya. Gesekan demi gesekan, sodokan demi sodokan sungguh membuatku terbuai dan semakin menikmati �perkosaan� ini, aku tidak peduli lagi orang ini sesungguhnya adalah Tanteku sendiri. Kuminta Tante Rina untuk menjilati vagina Tante Endang yang jongkok diatas mulutnya.

�Ushhss.. Geli dik,� desis Tante Endang setiap kali lidah Tante Rina memasuki vaginanya. Sementara aku sambil menyetubuhi Tante Rina tanganku meremas-remas kedua payudara Tante Endang. Tiba-tiba Tante Rina mengangkat pinggulnya sambil mengerang panjang keluar dari mulutnya. �Ahhss.. Anto Tante keluar.. �
�Sudah keluar ya Tante Rina, sekarang gilran Bu Endang ya,� kataku sambil menarik Tante Endang untuk naik kepangkuanku.

Tante Endang hanya pasrah saja menerima perlakuannya. Kuarahkan penisku ke vagina Tante Endang Lalu Aaahh.. desah Tante Endang merasakan lubang vaginanya dimasuki penisku sambil pinggulnya mulai naik turun. Kunikmati goyangan Tante Endang sambil �menyusu� kedua payudaranya yang tepat di depan wajahku, payudaranya kukulum dan kugigit kecil.
�Teruss.. Tante, vagina Tante enak..,� rintihku sambil terus dalam mulutku menghisap-hisap puting susunya.
�Penis kamu juga sshh..� rintih Tante Endang sambil melakukan gerakan pinggulnya yang memutar sehingga penisku terasa seperti dipijat-pijat.
�Sebentar Tante, coba Tante balik badan,� kataku sambil meminta Tante Endang untuk menungging.

Kusetubuhi Tante Endang dari belakang, sambil tanganku tangannya bergerilya merambahi lekuk-lekuk tubuhnya. Harus kuakui sungguh hebat wanita seumur Tante Endang mempunyai vagina lebih enak dari Tante Rina yang berusia lebih muda. Sudah lebih dari setengah jam aku menggarap Tante Endang, yang makin sering merintih tidak karuan merasakan penisku menusuk-nusuk vaginanya dan tanganku meremasi payudaranya yang bergoyang-goyang akibat hentakan penisku di vaginanya.
�Ssshh.. Anto, Tante mau keluar..� rintih Tante Endang.
�Sabarr.. Tante, sama-sama,� kataku sambil terus memainkan pinggulku maju-mundur.
�Aaahh ss.., Tante Endang keluar..,� melenguh panjang.
�Saya belum, Tante,� kataku kecewa.
�Pake susu Tante aja ya,� jawab Tante Endang jongkok didepanku sambil menjepitkan penisku yang ssudah licin mengkilap itu di antara kedua payudaranya yag besar, lalu dikocoknya.
�Terus, Tante enak ss..,� rintihku.

Melihat hal itu Tante Rina bangun sambil membuka mulutnya dan memasukkan penisku ke mulutnya sambil dihisap-hisap. Tak lama setelah mereka memainkan penisku, mengeluarkan maninya menyempot dengan deras membasahi wajah dan dada Tante Endang dan Tante Rina.
�Terima kasih ya Tante,� jawabku sambil meremas payudara mereka masing-masing.

Tante Girang


Cerita dewasa sedarah dengan tanteku ini bermula saat aku masih duduk dikelas 3 smu. Oh ya Namaku Wawan, umurku sekarang 26 tahun. Ada sebuah Cerita Dewasa Seks yang sampai saaat ini masih saja terus kukenang dan selalu kuingat. yaitu sebuah kejadian cerita dewasa yang masih terus kuingat sampai saat ini. Saat sma aQu dititipkan kepada seorang tanteku. Tanteku ini cantik dan tubuhnya mulus aduhai bikin semua pria yang liat pasti pengen segera berhubungan tubuh dengannya. Oke deh langsung aja pada inti cerita kali ini. Yuk kita simak aja gimana sih adegan seks sedarah yang saya lakukan dengan tanteku ini ?

Tanteku namanya Yuni, dia ini seorang �Single parent� dengan tiga orang anak; dua perempuan dan satu laki-laki. Suaminya sudah meninggal karena kecelakaan mobil. Suaminya ini memang seorang pembalap lokal yang tidak terkenal namanya. Dengan tiga orang anak dan umurnya yang sudah 37 tahun, tanteku ini masih saja kelihatan seksi. Tubuhnya terawat, karena dengan kondisi keuangannya yang mapan, tanteku secara teratur senam. Hasilnya, walaupun dengan tiga orang anak,
tubuhnya tetap terawat dengan baik. Pantatnya besar dengan pinggul yang juga besar tapi pahanya selain putih dan mulus juga singset tanpa ada tumpukan lemak sedikitpun. Payudaranya lumayan besar, entah kira-kira berapa ukurannya akupun tidak tahu tapi yang jelas masih sekal tidak kendor layaknya seorang Ibu yang sudah melahirkan tiga orang anak.

Kejadiannya berawal pada saat yang tidak diduga sama sekali. Saat itu di rumah sedang tidak ada orang hanya ada tanteku yang sedang asyik memasak untuk hidangan makan siang, kebetulan hari itu jadwal mengajar tanteku hanya satu mata kuliah saja. Sepulang sekolah, aku menemukan tanteku didapur sedang asyik memasak. Dengan langkah gontai karena kecapekan, aku langsung menghampiri meja makan.

�Tante Yun, belum siap yah makanannya?� tanyaku kelaparan.
�Belum Wan, sabar yah. Ini lo si Suti (pembantu tanteku) pulang tadi pagi, jadinya ya gini nih repot sendiri� keluh tanteku
Di dahinya terlihat cucuran keringat, belum lagi tangannya yang belepotan dengan berbagai macam bumbu yang sedang diraciknya. Kelihatan sekali kalau tanteku tidak pernah kerja �Sekeras� ini. Walaupun begitu, entah kenapa terlihat sekali wajah tanteku semakin cantik. Saat itu dia hanya menggunakan daster pendek yang sebenarnya tidak ketat tapi karena bentuk pantat dan pinggulnya yang besar, daster itu jadi kelihatan agak ketat dan memetakan garis dari celana dalamnya kalau dia sedang membungkukkan badannya. �Ah, seksi sekali� pikirku kotor.

�Wawan bantuin ya Tante?� tawarku.
�Boleh Wan, sini!� ternyata tanteku tidak keberatan.
Tidak ada angin tidak ada hujan, belum sampai aku mendekat, entah karena apa tiba-tiba kran air di cucian piring copot dari pangkalnya. Otomatis air yang langsung dari tandon air yang penuh menyembur dengan derasnya mengenai tanteku yang kebetulan ada didepannya.
�Aduh Wan, tolong.., gimana ini?� tanteku dengan paniknya berusaha menutupi saluran air yang menyembur dengan tangannya.
Karena tubuh tanteku tidak terlalu tinggi, untuk mencapai saluran itu dia harus sedikit membungkuk. Terlihat sekali dasternya yang sudah basah kuyup itu sekali lagi memetakan pantatnya yang besar. Garis celana dalamnya kini terlihat lebih jelas.
Dengan tergesa-gesa, tanpa pikir-pikir lagi aku segera mendekat dan membantunya menutup saluran air itu dengan tanganku juga. Tanpa aku sadari ternyata posisi tubuhku saat itu seperti memeluk tubuhnya dari belakang. Bisa di bayangkan, tanpa sengaja juga kontolku mengenai belahan pantatnya yang sekal. Keadaan ini bertahan beberapa lama. Hingga menimbulkan sesuatu yang kotor dipikiranku.
�Aduh Wan gimana ini?� tanya tanteku tanpa bisa bergerak.
�Duh gimana ya Tante, aku juga bingung.� kataku mengulur waktu.
Saat itu, karena gesekan-gesekan yang berlebihan di kontolku, aku jadi tidak bisa menahan gairah untuk merasakan tubuhnya. Pelan-pelan aku melepas satu tanganku dari saluran air itu, pura-pura meraba-raba disekitar cucian piring, mencari sesuatu untuk menutup saluran air itu sementara. Tanpa sepengetahuannya aku justru melepas celanaku berikut juga celana dalamku. Memang agak susah tapi akhirnya aku berhasil dan dengan tetap pada posisi semula kini bagian bawahku sudah tidak tertutup apa-apa lagi.

�Wah, nggak ada yang bisa buat nutup Tante. Sebentar Wawan carikan dulu yah�
Kini niatku sudah tidak bisa ditahan lagi, pelan-pelan aku melepas peganganku di saluran air.
�Pegang dulu Tante� kataku sedikit terengah menahan gairah.
�Yah, gih sana cepetan, Tante sudah pegal nih� sungut tanteku.
Kemudian tanpa pikir panjang, secepat kilat aku menyingkap dasternya, kemudian secepat kilat juga berusaha untuk melorotkan celana dalamnya yang entah warnanya apa, karena sudah basah kuyup oleh air, warna aslinya jadi tersamar.
�Ehh.. apa-apan ini Wan, jangan gitu dong!?� tanpa sadar tanteku melepas pegangannya disaluran air untuk menahan tanganku yang masih berusaha melepaskan celana dalamnya. Air menyembur lagi.

�Auhh.. ohh� suara tanteku jadi tidak jelas karena mulutnya kemasukan air. Tanpa sadar juga tanteku berusaha untuk menutup saluran air dengan tangannya lagi, otomatis tanganku sudah tidak ada yang menahan lagi.
�Kesempatan� pikirku, dengan satu sentakan celana dalam tanteku melorot sampai diujung kakinya.
�Auwch.. duh Wan jangan, aku ini tantemu, jangann..� Mohon tanteku.
Kepalang tanggung, aku langsung jongkok. Aku lalu menyibak pantatnya yang besar dan mencari liang senggamanya. Kudekatkan kepalaku, kujulurkan lidahku untuk mencapai vaginanya.
�Auwchh.. Wan.. ahh..� jilatan pertamaku ternyata membuatnya bergetar tanpa bisa beranjak dari tempat semula, kalau bergerak air pasti akan menyembur lagi.

Lidahku semakin leluasa merasakan aroma dari vaginanya, semakin kedalam membuat tanteku bergetar hebat. Entah kenapa sudah tidak ada lagi bahasa tubuhnya yang menunjukkan penolakan, yang ada kepalanya semakin menggeleng-geleng tidak keruan. Kecari klitorisnya, memang agak sulit, setelah dapat kuhisap habis, dua jariku juga ikut menusuk liang vaginanya. Tidak terkira jumlah lendir yang keluar, tak lama kemudian, terasa pantatnya bergetar hebat.

�Ahh..hh Wann.. ahh aouhh..� dengan erangan keras, rupanya tanteku sudah mencapai orgasme. Tubuhnya langsung lunglai tapi tanpa melepas pengangannya dari saluran air.
�Aduh aku belum apa-apa� pikirku.
Langsung aku berdiri, kusiapkan senjataku yang sudah mengacung dengan keras. Dengan dua tanganku aku coba menyibakkan kedua belahan pantatnya sambil kudekatkan kontolku kevaginanya. Kudorongkan sedikit demi sedikit. Begitu sudah betul-betul tepat dimulut liang kenikmatannya, tanpa ba-bi-bu langsung kulesakkan dengan kasar.

�Ahh sakit Wan.. pelan.. auh� kepala tanteku langsung melonjak keatas, tanpa sengaja pegangannya di saluran air terlepas. Air menyembur dengan deras. Kepalang basah, begitu mungkin pikir tanteku karena selanjutnya dia hanya berpegangan dipinggiran cucian piring. Sudah tidak ada penolakan pikirku.

Kudiamkan sebentar kontolku yang sudah masuk hingga pangkalnya didalam vagina tanteku, ku nikmati benar-benar bagaimana ternyata vagina yang sudah mengeluarkan tiga orang manusia ini masih saja nikmat menggigit. Sensasi yang sangat luar biasa sekali. Pelan-pelan kutarik, kemudian kudorong lagi.

�Oohh.. Wan enak, terus sayang..yang cepat aouhh.. ahh.. terus sayang� pantatnya bergoyang melawan arah dari kocokanku.
�Nah gitu Wan, ouhh.. ya gitu teruuss..� Pinta tanteku.
Aku terus mengocokkan kontolku dengan cepat. Sebentar kemudian tubuhnya mulai bergetar hebat.
�Yang cepat Wan, Tante sudah mau keluar lagi.. ouhh.. terus� kepalanya semakin menggeleng-geleng tidak karuan.
�Cepatt.. cepatt truss.. ouchh.. Tante kelluaarr.. aghh� Orgasmenya telah sampai dibarengi dengan kepalanya yang melonjak naik, tangannya mencengkeram pinggiran cucian piring dengan erat.
�Cabut dulu Wan.. Tante linuu..� pinta tanteku, karena merasakan aku yang masih mengocoknya dari belakang.
�Akan wawan cabut, tapi janji nanti diteruskan ya Tante?� kataku.
�Iya, tapi sekarang dari depan aja yah� janji tanteku.

Tubuhnya kemudian berbalik. Wajahnya sudah awut-awutan dan basah kuyup. Kemudian dia duduk diatas cucian piring sambil menghadapku. Aku mendekat, langsung kucari bibirnya dan kemudian kami berpagutan lama. Sambil kami berciuman, satu tangannya membimbing kontolku kearah liang vaginanya. Tanpa disuruh dua kali kudorongkan pantatku dibarengi dengan masuknya juga kontolku.

�Ahh.. oohh..� erang tanteku, ciuman kami terlepas.
�Kocokkan yang cepatt wann..� pinta tanteku sambil pahanya semakin dilebarkan.
�Begini Tante..� Kataku sambil mengocokkan kontolku dengan cepat.
�Gila kamu Wann.. kuaatt sekalii kamuu..� sambil satu tangannya menarik satu tanganku, kemudian ditaruhnya di bagian atas vaginanya. Aku tahu mau maksudnya.
�Yahh yang ituu.. teruss Wann.. ohh enakk.. Wan teeruss..� rintih tanteku ketika sambil kontolku mengocok vaginanya tanganku juga memelintir klitorisnya.
�Ohh Wan, Tante hampir sampai..� tubuhnya mulai bergetar agak keras.
�Aku juga hampir sampai Tante.. ohh punya Tante eenakk..� aku mulai tidak bisa mengendalikan lagi, orgasmeku tinggal sebentar lagi.
�Dikeluarin dimana Tante?� tanyaku minta ijin.
�Udah nggak usah mikirin itu, ayoo teruss.. didalemm jugaa nggakk Papa�
�Ayoo..Tante udah diujung nihh wann..�
�Ouhh.. enakk.. cepatt Wann.. yangg cepatt� rintih tanteku.

�Goyang Tante, kita barengan ajaa.. oghh� orgasmeku sudah diujung.
Semakin kupercepat kocokanku, tanteku juga mengimbangi dengan menggoyang pantatnya. Sambil berpegangan pada belakang pantatnya, kukeluarkan air maniku.
�Aku keluarr tantee.. aughh..� sambil kubenamkan dalam-dalam.
�Tante juga Wann.. oughh akhh.. gilaa.. uenakknya..� erangnya sambil jemarinya mencengkeram bahuku.
Akhirnya kami berdua terkulai lemas. Kudiamkan dulu kontolku yang masih ada didalam vaginanya. Kulirik ada sedikit lelehan air mani yang keluar dari vaginanya. Seperti tersadar dari dosa, tanteku mendorong badanku.
�Kamu nakal Wan, berani sekali kamu berbuat ini� sungut tanteku.
�Tapi Tante juga menikmatinya kan?� belaku.
Tanpa berkata apa-apa, dia kemudian turun, meraih celana dalamnya kemudian berlalu kekamar mandi. Aku berusaha mengejarnya tapi dia sudah lebih dulu masuk kamar mandi kemudian menguncinya.
�Tante air di tandon tadi sudah habis loh� candaku dari luar kamar mandi tapi tidak ada balasan dari dalam.

Cerita Dewasa Sedarah Dengan Tanteku

Aku seorang cewek berumur 17 tahun dan masih kelas ii SLTA.
Diantara teman-teman, aku mungkin paling pemalu. Aku sering naksir cowok
tapi aku takut untuk memulai hubungan. Di dalam kamar, aku sering
membayang-bayangkan wajah cowok yang kutaksir, membayangkan bagaimana
kalau bercinta dengannya, berhubungan seks dengannya, sehingga hal ini
sering membuatku sangat terangsang. Akhirnya aku sering beronani dengan
mengusap-usap vaginaku yang mungil.

Pada awalnya sih aku hanya senang mengusap-usap clitorisku sambil
melihatnya lewat cermin yang kuletakkan sedemikian rupa sehingga aku bisa
memandangi vaginaku lewat kaca itu. Mungkin karena keseringanku beronani
dengan cara mengusap-usap bagian luar vagina dan clitoris lama-kelamaan
aku kurang puas jika hanya meraba clitoris, tanganku mulai merambah daerah
di bawah clitoris, meraba-raba bibir vaginaku yang mungil kemerahan dan
ternyata rasanya lebih nikmat meskipun geli sekali. Kadang-kadang bibir
itu aku buka dengan tangan kiri dan jari tangan kananku masukkan pelan-
pelan ke dalam lubangnya, pada awalnya sih terasa sakit tapi lama-kelamaan
nikmat sekali, aku putar-putar jariku dalam lubang sambil sesekali aku
memasukkan dalam-dalam berusaha meraih tonjolan yang berada di ujung
lubang vagina dan rasanya selangit deh rasa-rasanya aku ingin memasukkan
jari ini dan menggerakkan keluar masuk secara cepat, terpikir olehku
bagaimana rasanya kalau yang ada di dalamnya adalah sebuah penis yang
bergerak keluar masuk. Tak terbayang bagaimana rasanya. Tapi aku belum
berani melakukan hubungan seks dengan lelaki aku takut kalau hamil dan aku
juga belum punya pacar.

Karena keenakan hampir setiap hari aku beronani terkadang aku berpikir,
aku hyperseks tapi biarin deh yang penting nikmat. Karena seringnya
beronani maka pada saat di kamar terkadang aku sengaja tidak mengenakan
celana dalam dan hanya mengenakan kaos dan rok atau hanya mengenakan
daster sehingga aku bebas meraba vaginaku. Sewaktu mengganggur sendirian
di kamar aku sering memandangi vaginaku lewat kaca cermin sambil
membersihkannya dari cairan-cairan atau merapikan rambut-rambut kemaluanku
yang mulai panjang, bahkan aku menyediakan waktu khusus untuk merawat
vaginaku.

Suatu saat aku bangun pagi-pagi sekali dengan kondisi sangat bernafsu,
memang nafsuku sangat tinggi pada hari-hari menjelang haidku datang atau
pada beberapa hari setelah haid, padahal sebelum tidur aku telah beronani,
pagi itu aku bingung mau bagaimana antara ingin memuaskan diriku sendirian
atau berhubungan seks karena malam itu aku mimpi berhubungan seks dengan
seseorang. Kemudian aku keluar kamar untuk pergi ke kamar mandi ingin pipis
dulu, saat lewat di ruang makan aku melihat pisang yang ada di atas meja
makan sisa tadi malam. Tanpa pikir panjang aku mengambil pisang itu satu
dan aku bawa masuk ke kamar. aku langsung rebahan di atas tempat tidur dan
memulai beraksi. Aku meraba-raba vaginaku, sebentar saja vaginaku sudah
sangat basah, dan aku melepas daster yang kukenakan sehingga aku langsung
telanjang bulat karena aku hanya mengenakan daster. Pada saat itu aku
tidak bisa menceritakan bagaimana rasanya nafsuku benar-benar tinggi. Jari-
jariku dengan liar merambah seluruh bagian vaginaku, bahkan sampai
clitorisnya aku pencet-pencet hingga nikmatnya luar biasa. Kalau biasanya
hanya satu jari yang kumasukkan ke liang vagina maka sekarang dua jari aku
masukkan bersamaan dan rasanya memang nikmat sekali sampai sampai seluruh
badanku tergetar keenakan.

Kemudian kuambil pisang yang tadi aku ambil dari meja makan. Aku kupas dan
kemudian kumasukkan ke dalam vagina sambil membayangkan bahwa itu sebuah
penis, saat mulai masuk nikmat sekali kemudian setelah separuh lebih masuk
dan dibiarkan di sana dalu sambil menikmati bagaimana rasanya. Kemudian
pisang itu kugerakkan keluar masuk secara pelahan, rasanya nikmat sekali
dan pisang itu aku gerakkan terus keluar masuk dengan tangan kanan
sementara tangan kiriku mengusap-usap clitorisku yang menonjol kemerah-
merahan. Sambil terus menggerakkan pisang itu aku berpikir kenapa tidak
dari dulu kugunakan benda ini kalau rasanya sangat nikmat begini, beberapa
saat kemudian terasa olehku seperti ingin pipis yang tertahan dan nikmat
yang luar biasa itu tandanya aku segera akan orgasme dan benda itu aku
gerakkan dalam-dalam, ya ampun nikmatnya dan akupun orgasme dengan pisang
yang sepertiga masuk ke dalam vagina, aku sangat menikmati orgasme ini dan
aku biarkan pisang itu ada di sana dan tanganku pelan-pelan meraba-raba
kedua payudaraku yang tidak pernah terjamah saat aku onani karena aku l
ebih tertarik pada vaginaku, kuusap-usap putingku pelahan sambil menikmati
kenikmatan yang tiada taranya ini.

Setelah puas kutarik pisang itu pelan-pelan tapi pisang itu patah separuh
dan yang separuhnya masih ada di dalam vaginaku, setengah panik aku
berusaha mengeluarkan separuh bagian pisang itu dengan tangan tapi tak
berhasil malah pisang itu makin masuk ke dalam. Aku sangat bingung harus
bagaimana, padahal hari ini aku juga harus ujian sekolah, aku langsung
masuk ke kamar mandi dan dengan selang air aku berusaha menyemprot vaginaku
dengan air biar pisang itu keluar, tapi tak berhasil juga malah bibir-
bibir vaginaku menciut karena kedinginan, mau bilang pada Mama aku malu
setengah mati. Akhirnya kuputuskan untuk ke rumah sakit setelah ujian
nanti dan akupun bergegas berangkat ke sekolah. Setelah selesai berpakaian
dan dandan, aku mencoba berjalan tapi ya ampun terasa ada sesuatu yang
menganjal di dalam vaginaku, maka cara berjalankupun lucu aku tidak bisa
berjalan dengan langkah biasa karena ada pisang dalam vaginaku.

Sesampai di sekolah aku takut kalau teman-temanku tahu ada sesuatu yang
tidak beres dalam vaginaku, pelan-pelan aku jalan dengan langkah yang aneh.
Sesampainya di depan kelas banyak teman yang memperhatikan langkahku
bahkan ada yang bertanya kenapa Rien kok langkahnya kayak robot? aku diam
saja sambil tersenyum kecut. "lecet ya kakinya?". Untung dia menebak dulu
dan tinggal aku iyakan. Saat dudukpun aku bingung soalnya saat dipakai
duduk pisang sialan ini sangat terasa kalau mengganjal dan aku juga
khawatir bagaimana kalau nanti pisang ini keluar dan terjatuh saat aku
sedang berjalan malu kan?

Akhirnya aku mengerjakan ujian dengan tidak konsen dan segera ingin pulang.
Saat pulang karena sangat tidak enak saat dipakai berjalan aku naik becak,
hatiku ragu-ragu untuk ke rumah sakit, Bagaimana nanti aku bilang pada
dokter atau perawat? duh malunya! Akhirnya kuputuskan untuk pulang saja.
Sesampai di rumah aku lepas semua pakaianku, aku coba lagi mengeluarkan
pisang itu tapi ternyata sulit sekali akhirnya karena kelelahan aku
tertidur dengan kondisi telanjang dan kaki yang mengangkang karena posisi
itulah yang paling nikmat.

Sore hari, aku terbangun dan berusaha lagi mengeluarkannya setelah makan
siang yang terlambat. Aku berdiri dengan setengah berjongkok sehingga
vaginaku terbuka lebar dan jari tangan kananku mencoba mengeluarkannya
sementara tangan kiriku berpegangan pada tempat tidur biar tidak jatuh.
Tapi sia-sia saja usaha ini karena jari-jariku sulit menjangkaunya,
akhirnya karena setengah putus asa aku gunakan sebuah sumpit mie ayam
untuk mencoba mengeluarkannya. Dengan posisi yang sama pelan-pelan
kumasukkan sumpit itu pelahan dan setelah terasa sampai di pisang aku
songkel pelan-pelan pisang itu karena terasa agak sakit. Pelan-pelan
terasa olehku kalau pisang itu akan keluar kemudian tangan kiri aku
gunakan untuk membuka bibir vaginaku biar pisang itu mudah keluar. Dan
akhirnya.., telepok.., pisang itu keluar dan terjatuh di antara kedua
kakiku, lega sekali rasanya. Ketika aku melihat pisang yang sudah jatuh
itu aku agak geli juga benda itu bentuknya sudah tak karuan dan baunya
juga sudah tercampur dengan bau vaginaku, setengah hari dia berada di
dalam vaginaku dan membuatku kebingungan setengah mati. Kemudian aku buang
pisang itu dan aku ke kamar mandi untuk membersihkan vaginaku dari sisa-
sisa pisang.

Akhirnya aku kapok menggunakan pisang untuk beronani dan kemudian aku
berencana untuk membeli sebuah dildo (penis buatan) untuk beronani.
Dan aku sarankan buat teman-teman cewek kalau kalian ingin beronani dan
akan memasukkan sesuatu benda yang menyerupai penis ke dalam vagina kalian
jangan menggunakan pisang. Kalaupun akan menggunakan pisang gunakan yang
masih mentah (hijau) karena masih keras dan tidak mudah patah kemudian
gunakanlah secara pelan-pelan dan hati-hati agar tidak patah. Dan kalau
cairan vaginamu sangat banyak jangan menggunakan pisang meskipun pisang
mentah karena cairan yang banyak akan melembekkan pisang itu dan membuatnya
cepat patah.

TAMAT

Banana Split


Sebut saja namaku Jack, usiaku kini 25 tahun. Aku adalah putra seorang pengusaha Indonesia yang keadaan ekonominya cukup berada sehingga, tidak seperti orang kebanyakan, aku cukup beruntung untuk bisa berkesempatan mengenyam pendidikan tinggi di luar negeri. Kini kuliahku telah selesai dan aku memutuskan untuk kembali ke tanah air.

Ok, kita skip saja basa-basinya. Cerita ini berawal ketika aku menjalin kasih dengan seorang cewek Indonesia, panggil saja Ine yang kebetulan dulu kuliah ditempat yang sama denganku. Wait a minute, mendengar hal ini mungkin ada yang bertanya-tanya, kok nggak sekalian cari jodoh orang bule saja? Sekalian perbaikan keturunan. Hehehe.. yup anda tidak salah baca, its HEHEHE, aku hanya tertawa saja kalau mendengar perkataan semacam itu, karena soal cinta kan memang tidak bisa diatur. Lagipula kedua orangtuaku memang menginginkan putra tunggal mereka ini kelak berjodoh dengan sesama orang Indonesia saja, biar pure Indonesia katanya. Eits, bukan berarti aku dijodohkan lho, memang kebetulan ketemunya (dan sregnya) sama wanita asli Indonesia. Lagian, orang Indonesia kan nggak jelek-jelek amat, jadi mengapa keturunannya harus diperbaiki segala? Not to mention nggak ada montir di dunia ini yang bisa memperbaiki keturunan manusia, ya kan? Anyways, ini cuma pendapatku saja, so buat yang nggak setuju ya bebas-bebas saja, ok! Peace! Hehehe.. O ya, Ine berwajah sangat cute (menurutku, lagipula kecantikan itu relatif, tul ngga?), tingginya 165cm dengan ukuran payudara 34c.

Singkat cerita, aku dan Ine sudah bertunangan dan kurang lebih dua bulan lagi akan segera memasuki jenjang hubungan yang paling serius untuk mengikat janji suci dihadapan Tuhan dan kemudian menuju perkelaminan, eh... pelaminan. Nah, karena hubungan kami berdua sudah sangat serius dan kalau tidak ada aral melintang, batu menghadang dan badai menerjang, aku dan Ine sudah dipastikan akan menikah. Bicara soal angka dan peluang, kemungkinan kami akan menikah adalah 99,9 persen. Yang 0,1 persen sisanya hanya akan terjadi kalau tiba-tiba dihari pernikahanku nanti muncul seorang wanita hamil yang menuntut pertanggungjawaban dariku untuk menikahinya, which is impossible karena aku memang belum pernah bercinta dengan seorang wanitapun, termasuk si Ine. Karena itu, aku jadi ngebet sekali untuk bisa cepat-cepat melepas keperjakaanku ini dan ingin segera bercinta dengan kekasihku yang ayu itu karena toh kami sudah hampir menikah. Aku sudah membicarakan hal ini dengan Ine dan kami terlibat dalam perdebatan kecil, isinya soal aku yang tidak sabaran dan ini-itu. (Lagi-lagi) Singkat cerita, aku agaknya telah berhasil meyakinkan si Ine untuk berhubungan badan sebelum tanggal pernikahan tiba, aku berargumen jika kami berdua melakukannya setelah menikah, nanti akan sama dengan orang-orang lainnya, lagipula kami akan tahu bagaimana sensasinya jika melakukannya sebelum waktunya dan nantinya bisa dibandingkan lagi ketika melakukannya setelah menikah. Terdengar gila, tapi karena berhasil membujuknya, itu semua menjadi tidak masalah.

Kami berdua memutuskan untuk melakukannya besok sore di sebuah hotel di daerah Jakarta Selatan. Wah, membayangkan apa yang akan terjadi esok, aku jadi tidak sabar dan tidak bisa tidur, walaupun setelah dikocok jadi bisa tidur, hehehe. Keesokan harinya, aku menjemput Ine yang sudah mendapat ijin dari ortunya untuk ngedate denganku. Ya iyalah, kalo ijinnya ke ortu mau ML di hotel, mana mungkin dikasih. Kemudian, kami segera meluncur menuju hotel MXXXXXXX dan langsung check in. Supaya tidak dicurigai, aku check in sendiri, beberapa menit kemudian barulah si Ine menyusul menuju kamar hotel yang sudah kupesan sebelumnya setelah kukabari via sms.

Di dalam kamar hotel, jantungku dagdigdug tidak karuan karena belum pernah melakukan hal ini sebelumnya. Untuk mencairkan ketegangan, kami berdua duduk2 terlebih dahulu sembari mengobrol ngalor ngidul. Lumayan lama juga, kira-kira lebih dari setengah jam kami ngobrol. Baru setelah itu, aku memulai 'gerilya' dengan duduk semakin merapat dan merangkul pundaknya. Aku berbisik I love you ditelinganya agar dia rileks. Kemudian kami saling berpandangan, dan entah siapa yang memulai, kami mulai berciuman. Bibir mungilnya kulumat dan kuhisap-hisap. Perlahan, aku memasukkan dan kemudian memainkan lidahku didalam mulutnya. Ine tampak sangat menikmati hal ini, itu terlihat dari kedua matanya yang dipejamkan dan ritme nafasnya yang mulai berubah. Posisi tangan kiriku kupindahkan, dari yang semula merangkul erat pundak Ine berpindah ke pinggangnya yang ramping. Sementara tangan kananku kugerakkan merayapi punggung Ine, yang masih berbalut T-shirt ketat warna cokelat muda, dengan gerakan pelahan menuju keatas kearah belakang lehernya yang kemudian kubelai lembut. Hanya desahan perlahan yang terlontar dari bibirnya. Mendapat 'sinyal' ok, aku melanjutkan aksiku dengan menyusupkan tangan kiriku dibalik T-shirtnya. Perlahan, jemariku menyentuh kulit perutnya yang kencang, lalu naik keatas lagi, dan lagi, dan lagi, hingga sampai diatas gumpalan dadanya yang kenyal dan masih terbungkus bra berenda. Kuremas pelan-pelan payudara sebelah kiri Ine sambil terus berciuman dan tangan kananku kumasukkan dibalik T-shirtnya sehingga menyentuh langsung punggungnya, dan tangan kananku terus kugerakkan naik hingga menyentuh pengait bra si Ine yang kemudian tanpa babibu langsung aku buka. Dalam sekejap, bra tersebut terjun bebas ke lantai keramik hotel yang berwarna putih bersih, sehingga kini tanganku bisa langsung menjamah payudaranya tanpa ada yang menghalangi. Dengan jari telunjuk dan jempol tangan kiriku, kupilin-pilin puting payudara kiri Ine yang kini mengeluarkan desahan-desahan karena bibirnya sudah lepas dari ciumanku. "Nghhhh... Jack.. aa" Desah si Ine. Tanpa buang waktu, segera kulucuti T-shirtnya sehingga pemandangan indah terpampang didepan mataku yang setengah melotot, payudaranya Ine sekal dan montok sekali dengan puting yang berwarna kemerahan. Juniorku yang tadi sudah setengah mengeras kini semakin mengeras seolah hendak meronta untuk keluar dari balik celana jeans dan juga celana dalamku.

Ine yang sudah setengah telanjang kurebahkan di atas sping bed. Lalu, aku buka resleting rok jeansnya dan segera kulorot sehingga terlihat celana dalamnya yang berwarna pink dan berenda, samar-samar terlihat rambut kemaluannya karena lapisan celana dalam itu memang tidak terlalu tebal. Tidak menunggu lama, segera kulepas celana dalam itu dan terlihat pemandangan yang wow dihadapanku sehinga aku hampir-hampir tidak berkedip dibuatnya. Tampak belahan vagina yang menggoda dengan dihiasi bulu-bulu kemaluan yang tidak terlalu lebat. Aku tidak tahan lagi, segera kujamah vagina itu. Kusibakkan kedua bibirnya kesamping shingga kelihatan bagian dalam vagina Ine yang berwarna merah muda. Tanpa menunggu lama, aku langsung menusukkan lidahku kedalam liang itu, kujilat-jilat dan kumainkan lidahku didalam. Nafas Ine semakin memburu, "Aaah, Jack.. ka.. mu ngap.. pain, enghhh..!!" Tidak kuhiraukan desahan itu dan aku terus saja menjilat-jilat vaginanya yang mulai dipenuhi lendir tanda Ine sudah sangat terangsang. Kucabut lidahku dan sasaran berikutnya adalah klitorisnya. Segera kukulum dan kuhisap klitorisnya sembari terkadang kujilat-jilat permukaannya. Desahan Ine kian menjadi dan tidak seberapa lama kemudian ia mencapai orgasme, "aaaach.. aahh!!" dengan diiringi lenguhan panjang tubuhnya menggelinjang hebat dan cairan kenikmatan mengalir deras keluar dari vaginanya. Aku langsung menyeruput habis cairan itu. Kemudian aku beranjak berdiri, kulihat Ine masih rebahan dengan mata setengah terpejam dan pandangan yang mupeng, woow gile.. terlihat tambah cakep aja ni anak. Lalu aku melepas kaosku dan celana jeansku, kemudian langsung kuterkam si Ine yang masih terengah-engah. Tanpa ampun, langsung kuemut puting payudaranya yang sebelah kanan, sambil tangan kiriku meremas dan memainkan payudara kiri Ine. "Aaahh, mmmmhh, terus Jack... ohh!!" Desahnya. Aku semakin asyik saja 'menyusu' di payudara yang montok tersebut. Aku sudah tidak tahan lagi, ingin segera menikmati 'main course' alias 'hidangan utama' berupa ML saus tiram, hmmm. Segera aku berdiri dan melepas kain terakhir yang menutup tubuh telanjangku yaitu celana dalam warna biru tua merek BXXXX. Begitu celana dalam itu terlepas, juniorku yang dari tadi tersiksa langsung berdiri mengacung menghirup udara bebas. Tidak tampak ada kepala penis karena memang punyaku uncut (belum disunat). Buat yang seumuranku tentu tahu kalau dulu, waktu masih anak-anak, yang namanya sunat tidak diharuskan (yang diharuskan hanya agama tertentu). Namun belakangan dunia medis merekomendasikannya, tapi aku belum juga memutuskan untuk melakukannya. Sebenarnya, Ine sudah kuberi tahu tentang hal ini sekitar setengah tahun yang lalu ketika kami baru pulang ke Indonesia dan kami berdua sedang memikirkan rencana pernikahan. Intinya dia keberatan dengan kondisi tersebut dan memintaku untuk disunat saja. Tapi, yah.. terus terang aku malu apalagi sekarang sudah di tanah air, nanti apa kata dokternya kalau tahu sudah gede kok belum disunat, bla bla bla, namun yang pasti aku akan lebih malu lagi kepada pasien lainnya yang akan disunat. Dalam bayanganku, tentu semuanya masih anak-anak dan pasti hanya aku sendiri yang paling tua.. aargh tidak! Aku tidak sanggup melakukan itu, jadi ya akhinya aku membohonginya dan mengatakan aku sudah disunat sekitar tiga bulan yang lalu. O ya, kembali lagi ke 'hidangan utama', aku berharap agar Ine tidak lagi keberatan dengan hal ini. Apalagi dia sedang horny, dimana seharusnya akal sehat tidak terlalu bermain, sehingga tanpa sadar dia akan mau ML denganku. Segera aku merangsek ke arah Ine untuk lekas-lekas menancapkan pusakaku ini kedalam liang vaginanya yang sudah basah itu. Tapi.. yang kutakutkan terjadi, Ine menahan tubuhku dan mendorong perlahan sembari menutupi tubuhnya dengan selimut. Sirna sudah wajah mupeng yang kulihat tadi berganti ekspresi kecewa. "Jack! Aku kan sudah bilang dulu kalau aku nggak mau melakukannya denganmu kalau kamu belum disunat, you have to be circumcised first!" Teriaknya. Waduh, batinku, gimana kalo penghuni kamar sebelah mendengar? Bakal ketahuan kalo aku belum sunat.. aaargh. Tapi yang lebih dari itu, aku memang merasa bahwa aku sudah bersalah kepada Ine. Juniorku pun tidak lagi tegang, namun mengendur dan semakin mengendur.

"Tapi Ne, apa kamu nggak ngerti? Aku kan malu. Apalagi sunatnya di Indonesia, the culture here is way different. Aku akan kelihatan aneh.. bahkan sangat aneh." Jawabku.
"Aku ngerti, aku bisa mengerti kalau kamu malu. Tapi... kamu sudah bohong sama aku Jack." Kata Ine lirih, airmata mulai membasahi pipinya.
Waduh, aku benar-benar merasa sangat bersalah. Aku mencoba menghiburnya, namun kali ini menjadi lebih susah dari biasanya.
"Ok, aku akan maafin kamu, but you have to promise. Kamu akan bener-bener sunat kali ini!" Kata Ine.
"Baiklah, aku akan sunat, minggu depan, ok?" Jawabku.
"No! Sekarang, hari ini atau aku akan pikir-pikir lagi soal rencana pernikahan kita." Jawab Ine tegas.

Akhirnya aku mengiyakan permintaannya, daripada tidak jadi menikah. Wah, jangan deh. Lebih baik menahan malu sebentar. Kami berdua kembali berpakaian dan Ine kuminta untuk cuci muka agar tidak terlihat bawa dia habis menangis. Kan gawat kalau ketahuan sama calon mertua.
"Kamu kan takut disunat, jadi aku akan menemani kamu." Kata Ine. Tapi aku menampik tawarannya karena, dia tampak shock dan lelah. Jelas bahwa dia perlu istirahat. Jadilah aku mengantarnya pulang. Ketika sampai di depan rumahnya dia bertanya. "Tapi bagaimana aku tahu kalau kamu bener-bener sunat hari ini?" Aku menjawab "besok kan bisa kamu lihat sendiri, pasti akan ketahuan kalau aku bohong lagi." Ine menyetujuinya dan aku pun berangkat sendiri mencari dokter yang melayani jasa penyunatan.

Setelah berputar putar keliling kota. Akhirnya kutemukan juga tempat praktek sunat. Hati-hati aku masuk kedalam dan, terjadilah yang kutakutkan. Terlihat banyak anak kecil yang antre untuk disunat. Aargh.. tidaak. Rasa malu kembali mengalahkan logika. Sehingga aku pun ngacir pergi dari tempat itu dan bertekad untuk mencari tempat lain saja. Namun keadaan semakin sulit karena kulihat jam tanganku sudah menunjukkan pukul 19.00. Waduh, bisa batal ini, dan Ine pasti marah lagi padaku besok, kenapa tadi aku tidak sunat saja ditempat yang banyak anak kecil itu, kataku dalam hati. Jam menunjukkan pukul 19.30 aku melihat papan nama sebuah klinik yang melayani penyunatan. Kali ini aku sudah bertekad untuk tidak akan lari apapun yang terjadi, ini demi rasa sayangku pada Ine, aku tidak mau mengecewakannya lagi. Dengan jantung berdegup kencang, kudorong pintu kaca depan klinik dan.. thank god, tidakada orang. Hanya ada seorang perawat, yang menurutku lumayan cantik, beranjak menyambutku dan menanyakan keperluanku dengan ramah. Aku menjawab "Emm, benar disini bisa sunat suster?"
"Oh betul sekali bapak. Nah, dimana anaknya yang mau disunat pak?" Tanya suster itu.
Waduh, sialan, pertanyaan yang aku sangat tidak suka. Terlebih lagi untuk menjelaskan. "Engg, sebenarnya.... sebenarnya.." Aku merasa tidak sanggup mengucapkannya, ingin rasanya lari lagi namun bayangan Ine yang menangis tiba-tiba terlintas di benakku sehingga aku memutuskan untuk menjawabnya. Ah terserah sajalah kata orang, batinku. "Sebenarnya saya yang mau sunat sus.." There, selesai sudah, aku sudah berhasil mengatakannya. Rasanya seperti beban 100kg sudah terangkat dari pundakku.

Suster itu agak terkejut mendengarnya, yang membuatku lega, dia tidak menertawakanku seperti bayanganku semula. Tidak lama kemudian dia masuk kedalam untuk menemui dokternya, lalu kembali lagi kedepan menemuiku dan berkata "Baik pak, dokternya sudah siap, silahkan masuk."
Akupun masuk kedalam ruang praktek dan.. aku kembali terkejut karena dokternya seorang wanita. Wah, masak aku mesti buka-bukaan didepan cewek selain Ine. Tetapi pikiran itu semakin memudar melihat sosok dokter itu yang cantik, sangat cantik bahkan. Kalau kutaksir kira-kira umurnya baru 23 mungkin 24, pastilah baru lulus dan buka praktek batinku, ukuran dadanya... tidak terlalu kelihatan karena ia memakai jubah khas dokter yang putih.
"Eee, dokter yang nanti......" Kata-kataku terputus. "Ya betul mas, saya yang akan menyunat anda." Katanya sambil tersenyum ramah. Kemudian dokter itu memintaku untuk melepas celana berikut celana dalamku. Wah, aku degdegan juga karena harus mengekspos bagian pribadiku dihadapan lawan jenis yang tidak kukenal. Perlahan tapi pasti, celana jeansku beserta celana dalamku sudah terlepas sehingga kemaluanku kini gandul-gandul dihadapan dokter tersebut. Dokter itu sendiri tidak terlalu memperhatikan karena sibuk menyiapkan peralatannya. Baru kemudian ia memandang penisku ini. Entah apa yang ada dibenaknya karena kurasa, biasanya dia menyunat anak-anak, sekarang dia dihadapkan pada penis pria dewasa.

Dokter wanita itu memintaku duduk di atas meja periksa dan kemudian dia memakai sarung tangan lateks. Barulah kemudian kedua tangan dokter itu menuju ke arah alat kelaminku. Waduh, aku kembali dagdigdug. Kemaluanku ini kan bukan punyanya anak kecil. So, kalau dipegang-pegang, apalagi oleh lawan jenis, pasti bakalan bangkit dari tidurnya. Benar saja, sewaktu dokter itu memegang batang penisku, si junior langsung bangun dan mengembang dengan cepat menuju ukuran maksimalnya, 18cm. dokter itu terlihat terkejut sekali, entah itu terkejut karena adikku tiba-tiba bangun, atau terkejut karena ukuran adikku yang lumayan besar. "Eeh, maaf ya dok, ini... spontan soalnya." Kataku dengan senyum yang kecut. "Oo, ee. nggak apa-apa kok." Dokter itu sepertinya juga salah tingkah, mukanya memerah. Melihat itu, pikiran jorokku mulai bermain. Bagaimana kalau dokter cantik ini kusuruh melakukan handjob. Tentu ia kaget waktu tadi tahu pasiennya adalah pria dewasa. Nah, kalau kubilang bahwa aku tidak tahu cara mengecilkan kembali penisku ini kemungkinan ia akan percaya, apalagi hingga sebesar ini aku belum disunat.

"Mmmm, tapi saya tidak bisa mengkhitan kalau sedang.... begini." Kata dokter itu padaku sambil sesekali memandang penis tegangku. "Lebih baik mas.. ee.. keluarkan dulu di kamar mandi baru kita lanjutkan." Tambah dokter itu lagi. Akupun mulai aksi pura-pura bego, "keluarkan? Maksudnya apa dok? Saya kan lagi nggak kebelet pipis." Jawabku dengan memasang tampang yang sebego mungkin. "Ee.. bukan pipis maksud saya. Maksudnya mas.. ee.. masturbasi dulu." Jawab dokter itu gugup. Nah, umpanku mulai kena, batinku. "Mas.. apa dok, saya nggak ngerti. Setahu saya kalau lagi begini ya didiamkan aja, ntar juga kecil lagi. Kalau pagi-pagi bangun juga gitu dok, saya diemin aja." Jawabku bego dengan penis yang tetap mengacung. "Memang caranya bagaimana dok?" Pancingku. "Ee.. ya, mas .. ngg.. kocok itunya, nanti kalau sudah keluar, pasti mengecil." Jawab dokter itu dengan muka yang kian memerah. Hatiku semakin girang, pasti ia percaya kalau aku tidak tahu apa-apa tentang ini. "Bagaimana dok? Aduhh, saya nggak ngerti. Atau, dokter aja deh yang keluarkan. Saya takut soalnya saya bener-bener nggak ngerti soal ini." Tambahku. Dokter itu tampak terperanjat dengan jawaban polosku tadi. Namun sepertinya ia kehabisan akal untuk mengajariku cara masturbasi, dan ia juga tampak tidak ingin berlama-lama dengan pasien yang satu ini. Akhirnya dokter itu setuju untuk melakukan handjob. Hehehe, berhasil!! Batinku.

Pertama-tama, dokter itu menggenggam batang penisku dengan tangan kirinya yang masih terbungkus sarung tangan lateks. Kemudian ia mulai menggerakkan tangannya naik-turun. Ohh, gila, rasanya enak sekali. Apalagi kemudian dokter itu memainkan kedua buah zakarku dengan tangan kanannya yang, tentunya, juga masih bersarung tangan. Lalu, tangan kanannya digunakan untuk merangsang bagian sensitif penis pria, yaitu daerah dibawah kepala penis. Ahh, rasanya semakin nikmat, aku terkadang sampai memejamkan mataku untuk menikmati sensasinya. Tidak seberapa lama, cairan pelumas (cairan yang keluar jika pria terangsang) mulai menetes dari lubang kencingku. Dokter itu menadahinya dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya yang mendapat giliran mengocok batang penisku. Setelah seluruh cairan pelumas keluar. Tangan kanannya behenti mengocok penisku dan tangan kirinya yang ada tetesan cairan tadi dipakai untuk mengocok batang penisku. Woow, sensasinya bebeda karena lebih licin rasanya. Nafasku mulai memburu, perjalanan menuju puncak sudah mencapai tengahnya. Dokter itu tidak mengurangi ritme kocokannya melainkan malah mempercepatnya, aah rasanya enak sekali apalagi karena ada cairan tadi. Lima menit kemudian aku sudah tidak tahan lagi, sedikit lagi sudah mencapai orgasme. "Aaaaaaa.. aaa." pekikku. Dan sedetik kemudian "Aaahh... hhh... hhh." Muntahlah spermaku ke lantai tempat praktek itu, sebagian mengenai pakaian dokter itu. Lega dan senang sekali rasanya, apalagi karena dokter cantik ini bersedia memberiku handjob, hehehe. Singkat cerita, akhirnya aku disunat juga, entah memakai metode apa, dan dokter itu bilang bahwa lukanya akan sembuh dalam waktu dua minggu. Sebelum pergi, aku menanyakan nama dokter itu, ternyata namanya Ika. Ternyata lagi, aku salah mengira, umurnya ternyata 27. Heh, dua tahun lebih tua dariku, tapi kok kelihatannya masih sangat muda, pastilah ia pandai merawat kecantikannya. Aku juga bertanya apakah aku bisa datang kembali ke klinik itu untuk memeriksakan juniorku dua minggu lagi.

Dalam waktu dua minggu itu pula aku berencana agar bisa melakukan yang lebih. I mean, dokter ini sudah mau handjob, bagaimana kalau aku bisa mendapatkan yang lebih dari itu. Dalam dua minggu itu pula, aku menolak ajakan Ine untuk melanjutkan 'hidangan utama' yang belum sempat dinikmati di hotel dulu. Aku bilang kepadanya bahwa penyembuhannya makan waktu satu bulan setengah dan bahwa sebaiknya kami melakukannya setelah menikah saja. Untung si Ine mau mengerti dan tidak ngambek lagi. (Lagi lagi lagi) singkat cerita, dua minggu telah berlalu. Aku menunggu lagi satu hari untuk memastikan bahwa juniorku ini sudah siap tempur. Hari yang ditunggu tibalah juga, aku berangkat kembali ke klinik itu pada jam yang serupa dengan terakhir kali aku ke sana. Harapanku, tidak ada pasien yang mengantre. Dan... betul juga, hanya ada satu orang pasien anak-anak dan bapaknya yang baru saja pergi meninggalkan klinik itu.

Aku menemui suster yang jaga. "E... bisa saya bertemu dengan dokter Ika? Saya sudah bikin janji dua mingu yang lalu." Tanyaku. Suster itu kemudian menuju ke ruang praktek dan tidak seberapa lama kemudian kembali dan mempersilakanku masuk. Aku akhirnya masuk kedalam ruang praktek. Dokter Ika menanyakan apakah ada keluhan pada kemaluanku. Aku menjawab bahwa tidak ada keluhan dan tidak terasa sakit. Dokter Ika kemudian menyatakan bahwa aku sudah sepenuhnya sembuh. "Ehh, tapi dok. Begini.. Saya, dalam waktu dekat ini akan menikah. Engg, saya kan tidak tahu apakah anu saya akan normal saja pas malam pertama." Pertanyaan yang ngarang dan ngaco. "Begini saja mas, mas coba saja masturbasi dulu, kalau tidak sakit kemungkinan tidak akan sakit waktu dipakai berhubungan badan." Jawab dokter Ika dengan wajah yang sedikit memerah. Mungkin karena mengingat yang tejadi dua minggu yang lalu. Aku kembali mencari akal agar dia mau kuajak yang tidak-tidak. "Mmm, saya masih takut dokter, bagaimana kalau nanti lukanya kambuh. Aduuuh, saya takut." Jawabku beralasan. "Emm.. gimana kalau dokter aja yang...." Tambahku. Ika hanya terdiam. Aku tidak ingin ia menjawab tidak sesuai keinginanku, jadi aku langsung berjalan menuju meja periksa dan melepas bawahanku sehingga bagian bawah tubuhku kini sudah tanpa sehelai benangpun. Sesuai dugaanku, Ika terpaksa harus menuruti kemauanku. Iapun menuju meja periksa dan kemudian langsung menggenggam batang penisku, tapi kali ini tanpa sarung tangan, wow. Menerima sentuhan dari tangan wanita, kontan penisku mengeliat dan bangun dari tidurnya. Dokter Ika kemudian tampak tertegun, memang, setelah disunat juniorku tampak lebih garang. Ika kemudian memeriksa bagian leher penis dan menyentuh-nyentuh disekeliling diameternya untuk memastikan bahwa aku tidak merasakan sakit. Kemudian ia mulai mengocok penisku. Ahh, memang enak sekali kalau disentuh oleh lawan jenis. Kocokan tangannya mulai dipercepat, pasti tujuannya supaya aku cepat keluar dan cepat pergi dari sini. Aku tahu itu, tapi aku tidak akan membiarkannya terjadi. Saat ini posisiku duduk diatas meja periksa sementara Ika duduk di kursi yang dihadapkan ke meja periksa itu sehingga posisinya agak lebih rendah dariku. Akupun menggerakkan tanganku menuju payudaranya yang terbalut jubah dokter dan kemeja hitam. Tanpa basa basi, kuremas kedua payudaranya. Ikapun terkejut dan melepaskan genggaman tangannya dari penisku. Kemudian kedua tangannya disilangkan diatas dadanya. "Mas, apa-apaan sih.. emph!" Sebelum banyak berkata-kata, kulumat dan kuhisap-hisap mulutnya. Kedua tangan Ika mencoba mendorongku, tapi tidak cukup kuat untuk melakukannya. Dengan tangan kiriku, kuremas sebelah payudaranya. Sementara tangan kananku, meremas-remas bongkahan pantatnya dari luar rok kain berwarna hitam yang dikenakan Ika. "Emmm... mmmhhh." Hanya itu yang terlontar keluar dari bibir Ika yang sedang kucium dengan ganas. Perlahan kucoba memasukkan lidahku kedalam mulutnya dan bermain-main dengan lidahnya, mungkin karenasudah terangsang, Ika membalas pemainan lidahku, lidahnya juga dimasukkan kedalam mulutku dan akupun langsung menghisap-hisapnya. Jemari tanganku mulai bergerak lincah membuka satu demi satu kancing kemeja Ika. Dan, aku tidak measakan penolakan darinya, berarti keadaan sudah benar-benar aman nih, hehehe. Akupun melepaskan ciumanku dan Ika tampak terengah-engah. Setelah kubuka semua kancing kemejanya segera kulepas kemeja dan jubah dokternya, kemudian menyusul bra putih yang dikenakannya. Wow, ternyata payudara dokter ini cukup sekal, kira-kira seukuran dengan punya Ine. Kedua payudara Ika juga terlihat masih tegak dan menantang. Tanpa buang-buang waktu, aku langsung mengulum sebelah puting susu Ika sementara yang satunya lagi aku mainkan dengan tanganku. "Ahh, ssshh.. mmmhh." Desah Ika. Tangan kananku yang bebas begerilya kebelakang dan bergerak kebawah, melepas pengait dan resleting rok Ika. Begitu sudah terbuka, rok hitam itupun meluncur bebas kebawah. Tangan kanankupun leluasa meremas-remas pantat Ika yang terbungkus celana dalam warna putih. Perlahan jemari tanganku kususupkan ke kemaluannya yang ternyata sudah basah. Ok, tidak perlu menunggu lagi, segera kuturunkan celana dalam itu sehingga Ika kini benar-benar telanjang bulat. Segera kuangkat tubuhnya dan kubaringkan diatas meja periksa. Aku membuka kaosku sehingga kini aku dan Ika sama-sama telanjang bulat. Kukangkangkan kakinya lalu segera kuarahkan batang penisku yang sudah tegang sekali menuju liang vaginanya. Kugesek-gesekkan terlebih dahulu di permukaan vaginanya. Lalu, bless, batang penisku melesak dalam di vagina Ika. "Aaa... masss.. pe.. lan." Desah Ika. Kudiamkan terlebih dahulu penisku. Setelah beberapa saat, barulah kugerakkan maju mundur diiringi dengan desahan Ika, si dokter cantik itu. Plok, plok! Suara pahaku yang bertemu dengan pangkal paha Ika. Sambil bersenggama, tanganku meremas-remas payudaranya dan terkadang memilin-milin putingnya, sementara bibirku berulang kali menciumi bibir, pipi dan leher Ika. Sepuluh menit berselang, nafas Ika semakin memburu dan tidak lama kemudian, "Aa.. ahhh... aaahhh!" Ika mencapai orgasme. Kedua matanya dipejamkan. Keringat deras membasahi tubuhnya. Kudiamkan sejenak dan kubiarkan Ika menikmati orgasmenya. Lalu kubalikkan badannya dan kumasukkan lagi penisku dalam posisi doggy style. Kusodokkan penisku pelahan, namun kian lama kian cepat. "Ahhh, mass... ahh.. ach.. enak mass!!" Racau Ika. Sekitar lima belas menit kami bercinta dalam posisi ini, Ika kembali orgasme. "Achh.. mass.. aku keluar, ahh, aaaaaa!" Kubalikkan lagi badannya dan kupompa terus karena aku juga merasakan gelombang orgasme kian mendekat. Kupacu dan kupecepat sodokanku dan "aaa.. aku mau kel.. luar." Aku hendak mencabut penisku untuk memuntahkan sperma diatas perutnya, namun kedua kaki Ika tiba tiba dilingkarkan disekeliling pinggangku dan "Ahh... hhh.. hhh!" Semburan demi semburan sperma masuk kedalam rahim Ika. Aku merasakan suasana ini sangat intim. Kudiamkan penisku didalam vagina Ika selama beberapa saat dan kupagut bibirnya lalu kubisikkan thank you di telinganya. Ika hanya tersenyum manis. Sangat manis. Sunguh hari yang sangat indah dan akan selalu kukenang.

Gara-gara Sunat